Maulid Nabi; Sebuah Refleksi
Dulang | Sumber Foto : |
#Maulid
Hem,..... bulan ini bulannya maulidan iya..???
Sebuah moment untuk mengingat kembali perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah banyaknya Manusia yang melupakan sejarahnya, dan belum mampu mengambil ibroh/pelajaran dari riwayat perjalanan beliau.
Pada Forum Media Sosial ini saya tidak akan bercerita tentang Kisah Hidup Perjuangan Nabi kita, riwayatnya sudah kita pelajari sejak masih Sekolah Dasar dulu. atau bagi yang belum mengetahui tentang riwayatnya silahkan searching di om Google :-), Namun saya hanya ingin berbicara tentang pengaruh Maulid Nabi terhadap kehidupan kita sehari-hari, untuk apa kita merayakan maulid kalau tidak mendatangkan manfaat.
Setiap tahun kita merayakan maulid di Masjid, Masjid penuh dengan jamaah yang akan mendengarkan Khutbah/ceramah sang Tuan Guru (Bahasa Lombok untuk pemuka agama.red) ,karena banyaknya jamaah teras Masjid pun penuh, sebuah pemandangan Indah yang jarang terlihat. Entah apa yang menjadi obsesi mereka untuk datang ke masjid, apakah karena makanan ataukah karena memang Lillahita`ala, hanya Alloh SWT yang tahu, kita positif thinking saja.
Kata orang-orang "Dunia Sudah Terbalik", Ya, sebuah kata yang bisa dipertanggung jawabkan dengan realita yang ada, lihat saja berapa banyak laki-laki yang mengubah dirinya sebagai perempuan, berapa manusia yang menikah sesama jenis, dan kita sebagai ummat Islam pun juga terkadang terbalik; lebih mendahulukan yang sunnah ketimbang yang wajib, lebih mendahulukan yang mubah ketimbang yang sunnah. Salah satu contohnya bisa kita temukan pada saat Maulid Nabi, Masjid akan penuh disaat Maulid Nabi, Isra` Mi`raj dan PHBI lainnya dibandingkan dengan yang hadir Shalat Jama`ah. Inilah yang menjadi Tugas kita bersama dan khususnya para Tuan Guru (alim ulama).
Tiap tahun kita selalu aktif merayakan kelahiran Nabi besar kita, dengan alasan karena cinta kepadanya, sehingga tidak tanggung-tanggung kita mengeluarkan banyak biaya untuk membeli makanan sebagai hidangan di Masjid pada saat perayaan, itukah bukti Cinta kita padanya...???, Ya, salah satunya adalah itu. Namun esensi yang paling utama adalah : Bagaimana kita merenungkan kembali perjalanan hidup beliau dan mengikuti cara beragama beliau. Inilah yang menjadi Tugas besar para Alim Ulama` menyadarkan ummat lewat khutbah-khutbahnya, dan tentunya dengan suri tauladan.
Apa yang salah dengan Ummat ini..!!! Setiap tahun merayakan maulid Nabi, namun tidak ada perubahan...!!! setiap pekan mendengarkan Khutbah Jum`at namun tanpa ada bekas..!! lihat saja Masjid-masjid masih sepi, koruptor merajalela. Lalu apa yang dilakukan oleh para Alim Ulama` kita, Apakah mereka sudah sibuk dengan aktivitas politik sehingga melupakan ummat, atau memang para jamaah mengantuk saat khutbah berlangsung sehingga tidak mendengarkan isi khutbah..??, jawabannya bisa Iya.
Melihat dinamika politik khususnya di Lombok, banyak tuan guru berlomba-lomba meraih kursi di pemerintahan dan legislatif, cukup dengan menyandang Tittle "Tuan Guru" walaupun bukan dari seorang profesional/politikus sudah cukup mengantarkannya ke kursi pemerintahan/legislatif. Tidak salah bagi tuan guru mencalonkan diri sebagai anggota dewan atau kepala pemerintahan, namun jangan sampai terlena dengan kekuasaan dan melupakan ummat.
Kita juga tidak bisa serta merta menyalahkan Jamaah mengantuk ketika sedang mendengarkan Khutbah/Pidato sang Khotib pada saat khutbah jum`at atau Khutbah-khutbah PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). kita perlu mlihat sabbab musabbabnya mengantuk; bisa karena capek, content khutbah yang kurang menarik, cara penyampainnya yang kurang baik, atau mungkin karena memang orangnya yang pengantukan. Namun, kalau saya lihat rata-rata Jamaah mengantuk karena cara penyampaian khutbahnya yang kurang menarik. Khotib terkadang menyampaikan dengan intonasi datar-datar saja,layaknya anak SD yang sedang membaca Undang-Undang. Mari kita lihat hadits berikut bagaimana Nabi mencontohkan cara menyampaikan Khutbah :
hadits Jabir bin Abdillah Radhioallahu ‘Anhu ia berkata, “Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya meninggi dan semangatnya memuncak. Beliau bagaikan panglima perang yang sedang mengingatkan pasukannya. “Musuh menyerang kalian pada pagi dan sore hari….!!!”. (HR. Muslim no.867)
Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa para khatib dianjurkan untuk bersungguh-sungguh ketika berkhutbah, meninggikan suaranya, menegaskan perkataannya dan hendaklah penyampaiannya sesuai dengan tema targhib / anjuran dan tarhib / ancaman yang sedang diangkat. Mungkin semangat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memuncak ketika mengingatkan sesuatu urusan yang sangat penting atau perkara besar”. (Al-Minhaaj,6/155)
Subhanalloh,, Rasululloh SAW adalah seorang Orator sekaligus motivator yang mampu membangkitkan semangat ummatnya dan akan menangis disaat diperingatkan tentang adzab, betapa menjiwainya beliau tehadap apa yang disampaikaannya. maka dari itu hendaknya khotib mengetahui apa yang sedang dibutuhkan masyarakat sehingga isi dari khutbah tidak hanya membahas persoalan-persoalan klasik tentang baik dan buruk, namun juga harus menjiwai dan mengatur intonasi suara dan mimiknya.
Ada sedikit kritikan untuk sebagian tuan guru yang biasa diundang ke setiap acara PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), sebagian diantara mereka menjadikan Masjid sebagai SMOKING AREA ditengah gencar gencarnya pemerintah melakukan pengadaan tempat Smoking Area. Disini saya tidak ingin memperdebatkan Hukum dari merokok itu sendiri, karena itu sudah ranahnya para alim ulama`, namun secara logika saja pantaskah kita merokok di Rumah Alloh yang disucikan..???, forum ulama` NU yang memakruhkan rokok saja mengharamkan untuk merokok didalam Masjid. Belum lagi dengan ulah "oknum" tuan guru yang kurang bisa menjaga "Kebersihan" Lidahnya, walaupun dengan maksud hanya candaan, itu sudah mendidik masyarakat untuk berkata kurang baik. terkadang Tuan Guru/Kiyai tak ubahnya seperti pelawak, lawakannya lebih banyak dibandingkan substansi pidatonya.
Dibalik "Oknum" tersebut masih banyak Tuan Guru, Kiyai, Muballigh, dan para Da`i kita yang masih bisa dijadikan tauladan, diantara mereka ada yang fokus terhadap pembinaan ummat tidak ikut-ikutan dengan hingar bingar politik praktis, tidak tergoda dengan empuknya kursi pemerintahan. Namun tuan Guru juga harus tetap mengontrol kinerja pemerintah dan menasehatinya.
Ketika seorang terangkat menduduki suatu jabatan atau mengemban suatu tugas,hendaklah kita merenungkan atas dasar apakah ia terangkat dan menjabat??apakah karena keahliannya ataukah karena uangnya??ataukah karena ia memintanya atau tidak?? Sungguh amat beruntung orang yang terangkat karena ilmunya dan celakalah mereka yang terangkat karena selain itu.
Amirul Mukminin Umar Bin Khattab radiallohu anhu berkata:..Barangsiapa yang di jadikan pemimpin oleh kaumnya karena keilmuannya maka itulah keberuntungan bagi dia dan kaumnya dan barangsiapa yang di jadikan pemimpin oleh kaumnya bukan karena keilmuannya maka kecelakaanlah baginya dan bagi kaumnya.Addarimi no:241. Ahmad fizzuhdi.hal:262.
Allohu a`lam bissowab.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda