Pesta Rakyat NTB 13 Mei 2013

3:54 AM , 0 Comments


Saya baru tersadar setelah melihat countdown Hitung mundur Pilkada NTB dan Bupati Lombok Timur yang terpampang di Blog saya, bahwa pada hari ini 13 Mei 2013 Pilkada NTB yang kesekian kalinya kembali akan digelar, tanpa terasa perhelatan politik yang memanas di NTB bahkan sampai Debat Kandidat II yang akan disiarkan langsung oleh Metro TV pun di batalkan karena alasan keamanan yang tidak kondusif, seberapa besarkah daya anarkistis masyarakat NTB terutama Lombok, hingga sampai harus membatalkan Debat kandidat ? Saya rasa masyarakat NTB khususnya masyarakat Lombok tidak cepat terpancing hanya karena ajang pemilihan kepala daerah. entah apa alasan utama dibalik pembatalan debat sesi ke dua itu. ya ini mungkin salah satu sisi negatif dari pemilihan secara langsung, selain menimbulkan konflik horizontal juga menyita banyak energi dan biaya yang tidak sedikit.

Hari ini adalah penentuan siapa yang akan hendak memimpin NTB kedepan, Lima menit dibilik suara sangat menentukan ke arah mana NTB akan hendak dibawa, Masyarakat NTB disajikan empat pilihan calon Gubernur dan wakil gubernur yang membawa berbagai program dan visi misi, kesemua calon tersebut merupakan putra-putra terbaik Nusa Tenggara Barat, berikut adalah No Urut Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB 2013/2018 :


1.  Dr.TGKH. Zainul Majdi.MA - H. Muhammad Amin. SH. M.Si




2. Suryadi Jaya Purnama ST - Johan Rosihan ST


3. Drs. H. Harun Arrasyid. M.Si - Dr. H.Lalu Muhyi Abidin, MA


4. Dr. Zulkifli Muhadli.SH.MM - Prof.Dr.Ir.M.Ichsan.Ms


Adapun jumlah daftar pelitih tetap yang akan diperebutkan oleh masing-masing kandidat adalah sebagai berikut : 

Sumber : KPUD Prov NTB

Pilkada Damai

Masyarakat NTB tentu sepakat dan menginginkan Pilkada yang damai, santun dan bermutu. Untuk mewujudkan pilkada damai menjadi tanggung jawab semua masyarakat termasuk para penyelenggara Pilkada, para tim sukses, Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB serta partai politik. Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB yang akan memimpin NTB ini kedepan harus memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat. Masyarakat butuh pemimpin yang berkarakter bukan pemimpin yang saling menjatuhkan.

Penyelenggara pemilu mulai dari tingkat KPPS, PPS, PPK hingga KPU serta panwaslu harus bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku, karena jika tidak maka bagaimana mungkin mau menciptakan pilkada damai, kalau para penyelenggara saja melakukan proses Pilkada tidak sesuai dengan aturan, dan bawaslu serta panwaslu juga tidak berfungsi secara maksimal dan profesional dalam mengawasi setiap tahapan Pilkada tersebut.

Jika semua pihak para partai politik, Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, para penyelenggara Pilkada bekerja sesuai dengan tupoksi termasuk kesadaran masyarakat, maka upaya untuk wujudkan pilkada damaiitu akan terwujud, tetapi jika tidak maka, pilkada damai hanyalah sebuah slogan semata, dan rakyat tidak pernah merasakan pendidikan politik yang baik dari sebuah proses pesta demokrasi tersebut.

PIlbup Lombok Timur 



Lombok Timur merupakan satu kabupaten terpadat dan terluas diantara kabuaten/kota di 
Nusa Tenggara Barat, para calon Gubernur dan Wkil Gubernur yang ikut sebagai kontestan pada Pilkada NTB pun rata-rata bersal dari kabupaten yang memiliki luas 2.679,88 km2 ini. 
Dengan jumlah penduduk terpadat dan daerah administratif terluas diantara kabupaten/kota di NTB mmebuat Kabupaten ini menyimpan daya tarik tersendiri bagi para elit politik untuk mencapai tujuan kekuasaanya, maka tidak salah kalau orang mengatakan " Apabila anda ingin lolos sebagai gubernur, maka kuasailah suara di Lombok Timur".

Pilkada Kabupaten Lombok Timur bersamaan dengan Pilkada NTB yang akan dilaksanakan hari ini 13 Mei 2013. dan akan menampilkan empat calon pilihan juga, diantaranya yaitu :

1. Ali bin Dahlan dan Khaerul Warisin ( ALKHAER ) 


2. H. Abdul wahab dan lale Yaqutunnafis (WALY) 


3. HM. Sukiman Azmy dan HM. Syamsul Lutfi ( SUFI ) 


4. Usman F dan Ikhwan ( MAFAN ) 



Lalu, Pemimpin seperti apakah yang harus dipilih ? berikut kriteria pemimpin ideal yang penulis kutip dari www.nu.or.id :


Di dalam bahasa Arab selain kata imam dan sulthan, pemimpin juga disebut dengan menggunakan kata Maalik, Malik atau Mulk yang berasal dari wazan atau kata dasar ma la ka yang berarti Pemimpin, Penguasa, Raja, Presiden, atau Kerajaan dan yang semisal dengan itu.


Misalnya dalam al-Quran ada beberapa ayat yang menunjukkan makna kata tersebut, antara lain ayat yang berbunyi: ”Maaliki yaumid dîn.” Penguasa Hari Pembalasan (QS. Al-Fatihah: 4). ”Malikin Naas” .Rajanya Umat Manusia (QS: An-Naas: 2).

Dalam surat Ali Imran (26) disebutkan, ”Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan (Mulk), Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Sehingga, jika sighat tersebut dikombinasikan dengan falsafah bahasa Jawa yang se-wazandengan kata ma la ka, penulis menemukan bahwa seorang pemimpin atau Mâlik itu haruslah memiliki beberapa sifat pinilih berikut, antara lain:

Melek, selain berarti melek dalam makna leterlijk sebagaimana pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab r.a yang selalu blusukan di malam hari melihat kondisi riil rakyatnya, dalam hal inimelek juga berarti seorang pemimpin harus tahu dan mengerti betul kondisi dan problem yang dihadapi rakyatnya, sehingga ia mampu mencarikan solusi yang efektif dan presisif; 

Milik, yang berarti seorang pemimpin harus benar-benar merasa memiliki tumpah darah dan rakyatnya. Jika sudah memiliki kesadaran akan hal itu, maka seorang pemimpin harus habis-habisan dalam menjaga keutuhan tanah airnya, demikian pula dengan harta-benda; harkat-martabat; bahkan nyawa rakyat yang dipimpinnya.

Muluk, dalam bahasa Jawa sehari-hari ia berarti gerakan ‘mengangkat’ makanan dengan menggunakan ‘tangan kosong’ yang bertujuan memenuhi  salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling vital, yaitu makan. Sehingga secara filosofis, muluk  berarti seorang pemimpin haruslah mampu mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan dan penderitaan menuju kesejahteraan yang utama; serta dari kebodohan dan keterbelakangan menuju pijar keberadaban yang mulia. Lebih dari itu ia juga harus mampu mengangkat derajat dan martabat bangsanya di mata bangsa-bangsa lain di dunia;

Melok, artinya bahwa seorang pemimpin haruslah mampu menyuarakan, mengikuti dan merealisasikan aspirasi rakyat yang dipimpinnya. Hal ini sebangun dengan filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro bahwa ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani,bahwa seorang pemimpin haruslah mampu menjadi tauladan yang baik, bahu-membahu bersama yang dipimpinnya membangun karsa, serta mampu menyerap, mengimbangi dan mewujudkan aspirasi yang dipimpinnya;

Serta, Meluk yang artinya seorang pemimpin haruslah memiliki perasaan dan perilaku cinta-kasih yang tulus-mendalam terhadap rakyatnya, serta mampu menghadirkan rasa nyaman, aman dan tenteram bagi mereka, bagaimanapun caranya. Seperti yang pernah ditandaskan oleh Nabi Muhammad s.a.w bahwa ia adalah cinta-kasih yang ‘dihadiahkan’ oleh Allah s.w.t untuk semesta.

Selain kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana telah disebutkan, setidak-tidaknya ada 3 (tiga) hal yang tidak boleh ada dalam diri seorang pemimpin yang juga diderivasi dari wazan kata ma la ka versi Jawayaitu:

Molak-malik, yang berarti seorang pemimpin tidak boleh mencla-mencle, inkonsisten dan tidak tepat janji; Muluk-muluk, terlalu berlebihan dalam segala hal, tidak bisa mensinkronkan antara idealitas dan realitas; dan yang terakhir adalah, Malak, artinya bahwa seorang pemimpin harus terhindar dari sikap mental koruptif, tidak boleh merampok harta Negara dan rakyatnya, atau dalam tataran yang paling sederhana, tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya.

Di samping itu, tidak seharusnya juga kita memilih pemimpin hanya berdasarkan molek-nyapraupan serta dunyo-brono dari si calon pemimpin. Artinya, jangan memilih hanya karena bagusnya tampang dan besarnya mahar yang bisa ia berikan atau bahkan hanya ia janjikan.

Oleh karena itu, sebagai rakyat yang mendamba pemimpin dan kepemimpinan yang pinilih,setidak-tidaknya kriteria-kriteria di atas dapat kita jadikan sebagai tolok ukur untuk memilih penguasa yang akan memimpin kita semua, mulai dari tingkatan yang paling kecil nan sederhana sampai dengan yang paling besar dan penuh kompleksitas. Jika penguasa yang memimpin kita adalah orang-orang yang melek, muluk, milik, melok dan meluk serta tidak suka muluk-muluk,molak-malik, dan malak, ditambah lagi kita memilihnya tidak berdasarkan molek-nya saja, niscaya target kepemimpinan untuk mengantarkan rakyat sejahtera dunia tembus akhirat akan tercapai.

Inilah yang penulis maksud sebagai pemimpin setengah malaikat. Perlu diketahui, kata ‘malaikat’ juga berasal dari wazan yang sama dengan kata ma la ka dan kata-kata dalam bahasa Jawa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Nilai filosofis dari sebutan ‘malaikat’ adalah bahwa ia merupakan makhluk yang diberi ‘kuasa’ oleh Allah s.w.t untuk menjalankan tugas dalam bidang tertentu dan yang terpenting ia tidak pernah mengecewakan apalagi mengkhianati Sang Pemberi Mandat. Sehingga, spirit kepemimpinan setengah malaikat dalam timbangan ilmu sharaf dan falsafah Jawa tersebut adalah spirit kepemimpinan yang tidak akan mengecewakan apalagi mengkhianati konsensus cita dan cinta dari yang memberi mandat, yakni rakyatnya.




0 comments:

Terima kasih atas komentar anda