Galaunya Seorang Aktivis
Sesungguhnya Manusia itu dihadapan Tuhannya adalah sama, yang membedakan mereka adalah amal perbuatan mereka di dunia. seseorang itu bisa mulia dihadapan sesama Manusia, karena aibnya ditutup oleh-NYA. Oleh karena itu Alloh SWT menyuruh kita untuk saling menutup aib saudara kita, karena pada dasarnya tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna, kecuali orang-orang terpilih seperti Rasul dan Nabi-NYA.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata Galau berarti : sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran); ke·ga·lau·an n sifat (keadaan hal) ; singkatnya galau itu adalah : pikiran yang sedang mengalami gundah gulana. Semua orang pasti pernah mengalami galau, entah itu Kiyai, Ustadz, Tuan Guru, Aktivis, apalagi yang namanya anak muda yang telah banyak terkontaminasi oleh hal-hal keduniawian. yang membedakan galaunya seorang Ustadz, Kiyai, Tuan Guru, Aktivis dengan galaunya anak-anak muda adalah tentang apa yang membuat mereka galau, dan bagaimana menyikapi galau tersebut.
Apabila kita mengikuti status-status anak muda di Facebook ataupun di Twitter, rata-rata diantara mereka memenuhi ruang sosmednya dengan kata-kata yang galau, sangat jarang kita menemukan Update an status yang memberikan inspirasi, apalagi yang baru putus dengan pasangannya. Yah; itulah fenomena remaja saat ini. bagaimana negara ini bisa maju kalau pemuda dan remajanya suka memelihara penyakit galau.
Galau memang tidak memandang bulu, penyakit galau ini terkadang menjangkiti Aktivis Mahasiswa yang terkenal idealis, intelektual, agent of change dan sebutan-sebutan lain yang disematkan padanya. Namun galaunya seorang aktivis tentunya berbeda dengan galaunya kebanyakan para remaja saat ini seperti yang saya sampaikan diatas, seorang aktivis akan galau apabila apa yang ia cita-citakan untuk sebuah perubahan itu belum berhasil, atau bahkan gagal. dan yang paling menyakitkan adalah tatkala orang-orang terdekatnya menentang jalannya. Misalkan; ada seorang aktivis Lembaga Dakwah Kampus yang menyuarakan tentang wajibnya Hijab pada wanita, aktivis tersebut berkoar-koar dijalanan, menyuarakan opini lewat tulisan, simposium, diskusi dan media-media lainnya, demi sebuah perubahan untuk mengajak kaum hawa mengenakan Hijab, namun ada orang terdekatnya yang enggan untuk mengenakannya bahkan menolak, inilah salah satu contoh dari kegalauan seorang aktivis. galau bagaimana cara untuk mengubah orang terdekatnya sendiri, sebelum merubah orang lain.
Nabi Yang Mulia Sendiri Tidak Dapat Memberi Hidayah Taufik
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Turunnya ayat ini berkenaan dengan cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
pamannya Abu Tholib. Akan tetapi, segala cara dan upaya yang dilakukan
beliau untuk mengajak pamannya kepada kebenaran, tidak sampai membuat
pamannya menggenggam Islam sampai ajal menjemputnya. Seorang rosul yang
kita tahu kedudukannya di sisi Allah saja tidak mampu untuk memberi
hidayah kepada pamannya, apalagi kita yang keimanannya sangat jauh
dibandingkan beliau.
Tidakkah kita melihat perjuangan Nabi
Allah Nuh di dalam menegakkan tauhid kepada umatnya? Waktu yang mencapai
950 tahun tidak dapat menjadikan umat nabi Nuh mendapatkan hidayah
Allah, bahkan untuk keturunannya sendiri pun ia tidak dapat
menyelamatkannya dari adzab, Allah berfirman yang artinya “Dan Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat yang jauh, ‘Wahai anakku! Naiklah
bahtera ini bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir’.
Dia berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menghindarkanku
dari air bah. Nuh berkata, ‘Hari ini tidak ada lagi yang bisa melindungi
dari adzab Allah kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun
menghalangi mereka berdua, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang
yang ditenggelamkan.” (QS. Hud:42-43)
Melihat anaknya yang tenggelam, Nabi Nuh berdoa (yang artinya),“Dan
Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar, dan
Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Wahai Nuh,
sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan),
sesungguhnya amalannya bukanlah amalan yang shalih. Maka janganlah
engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya
Aku peringatkan engkau agar jangan termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Hud: 45-46)
Contoh lainnya adalah apa yang dialami
oleh Nabi Allah, Ibrohim. Berada ditengah-tengah orang-orang yang
menyekutukan Allah, ia termasuk orang yang mendapat petunjuk. Allah
dengan mudahnya memberikan hidayah kepada seseorang yang dikehendakinya,
padahal tidak ada seorang pun yang mengajarkan dan menerangkan
kebenaran kepadanya, Allah berfirman yang artinya “Dan demikianlah
Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada di langit
dan di bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam
telah gelap, dia melihat bintang, lalu berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, ‘Aku tidak suka pada yang
tenggelam’. Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata,
‘Inilah rabbku’. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata,
‘Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk padaku, pasti aku
termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari
terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku, ini lebih besar’. Tatkala matahari
itu terbenam, dia pun berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas
diri dari apa yang kalian persekutukan! Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung
kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
menyekutukan-Nya’.” (QS. Al-An’am: 75-79)
Mengobati Rasa Galau
Dari hal ini, sangat jelaslah bagi kita,
hidayah ataupun sebuah perubahan hanyalah milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang
yang dikehendakinya. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada
seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah
sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah kepadanya.
Allah berfirman yang artinya “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-zumar:23).
Sebagai Aktivis kita hanya bisa berusaha dan bekerja, yang menentukan hasilnya adalah Alloh SWT, dan Insya Alloh akan dicatat sebagai amal kebaikan untuk di akhirat kelak.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11
Dalam Mahfudzot juga disebutkan :
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11
Dalam Mahfudzot juga disebutkan :
" La Mujala li maquli laqod Qultu Istaquu" Tidak ada kesalahan bagi saya, karena saya telah berkata padamu untuk bersiap-siap. Artinya tidak ada kesalahan bagi kita, apabila sudah menyampaikan yang haq, bekerja demi sebuah kebenaran namun masih ada yang belum mengikuti, itu bukanlah kesalahan kita. namun kita tidak boleh patah semangat untuk terus berjuang.
Rasululloh SAW pernah mengajarkan ummatnya untuk mengamalkan do`a ini untuk menghilangkan galau, patah semangat, gundah gulana :
أللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن
وأعوذ بك من العجز والكسل
وأعوذ بك من الجبن والبخل
وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.”
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
Kegagalan yang kita buat
bukan disebabkan karena kurang talenta, namun kebanyakan karena kurangnya
kesungguhan. Menyerah adalah hal termudah yang bisa dilakukan dimana saja.
Tetapi tetap bertahan dan istiqomah dikala semua orang menganggap kita akan
gagal, itulah kesuksesan sejati.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda