Sebuah
video yang menggambarkan Detasemen Khusus (Densus) 88 menyiksa beberapa
orang yang diduga tertuduh teroris, beredar di dunia maya. Video
tersebut diduga memiliki kesamaan dengan video yang diceritakan dan
digambarkan oleh MUI Pusat ketika menyerahkan video kekerasan aparat
kepada Mabes Polri.
Sebelumnya Wakil Ketua MUI, Din Syamsuddin,
mengatakan dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 1,5 jam di Mabes
Polri, pihaknya menyerahkan rekaman video kekerasan terhadap tertuduh
teroris. "Kami datang
melaporkan ada bukti berupa video yang mengandung gambar tentang
pemberantasan terorisme. Kami tidak tahu di mana dan kapan tetapi sangat
jelas mengindikasikan pelanggaran HAM berat. Oleh karena itu kami minta
ditindaklanjuti," kata Din di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (28/2/2013)
seperti dilansir Vivanews.
Din yang juga merupakan Ketua PP
Muhammadiyah ini mengaku menerima kiriman video kekerasan itu satu
minggu yang lalu. Ia pun tak tahu siapa yang mengiriminya. "Justru kami
dikirimi dengan orang yang kami tidak kenal, dalam video itu kapan dan
di mana tidak jelas," kata dia.
Dalam video itu, Din
menceritakan terdapat gambar penyiksaan terhadap orang yang disangka
teroris. Rekaman itu menunjukkan sikap para anggota Densus 88 yang keji
menindas tertuduh teroris.
"Luar biasa penindasan itu, diikat
kaki dan tangannya, ditembak, diinjak-injak. Dan ada yang bernada nuansa
keagamaan 'Anda kan mau mati beristighfar lah'. Itu ajaran agama mana?
Mengajak orang istighfar tapi tak diselamatkan?" tuturnya.
Namun, menurutnya, yang paling penting dalam pertemuan itu Kapolri
memberi respon positif. "Alhamdulillah bapak Kapolri memberikan respon
positif terutama melakukan penindakan terhadap oknum-oknum Polri. Baik
dari Densus 88 maupun Brimob untuk ditindak sesuai hukum yang berlaku."
Keberanian MUI Pusat, untuk melaporkan dugaan pelanggaran HAM Densus 88
diapresiasi oleh ormas dan tokoh Islam diantaranya Sekretaris Jenderal
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar
Natsir mengaku sangat bahagia dengan upaya sejumlah ormas menuntut
Kapolri mengevaluasi keberadaan Detasemen Khusus (Densus) 88.
"Namun saya berharap ormas Islam dan MIUMI turut mengawal ketat proses
ini dan jangan lengah," tegasnya kepada arrahmah.com, Jum'at (1/3/2013).
Pembina Arrahman Qur'anic Learning Center ini, juga menyatakan bahwa
sepak terjang Densus selama ini telah menyakiti perasaan umat Islam
dengan ulah asal tuduh dan tembak Densus 88 yang dilakukan selama ini
kepada umat Islam.
"Densus telah melukai hati ummat Islam
dengan luka yang dalam, kekerasan dan pelecehan fisik hingga
penghilangan nyawa bahkan pembunuhan karakter keluarga seseorang telah
dilakukan Densus 88, begitu pula media khusus densus 88 yang bagaikan
sinetron semakin menyempurnakan kekejian Densus 88," ungkapnya.
Lebih dari itu, Ustadz Bahtiar juga menyerukan kepada Ormas untuk
mendesak DPR agar segera bekerja untuk mengaudit kinerja dan keuangan
Densus 88. Bahkan jika terbukti melanggar, umat Islam harus berani
menyeret pejabat Densus 88 ke pengadilan.
"Jika terbukti telah
melakukan pelanggaran HAM berat, maka ormas dan ummat Islam harus
menuntut hukuman kepada jajaran pimpinan Densus 88 dengan hukuman
seadil-adilnya," tandasnya.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda