Sukses Pemimpin-Rakyat
Kategori Tulisan : Tulisan Sahabat
Tulisan ini ditulis Oleh :
Muhammad Zainul
Majdi
Gubernur
Nusa Tenggara Barat,
Ketua
Umum Pengurus Besar Nahdhatul Wathan
REPUBLIKA, 05 Februari 2013
Ilustrasi Kepemimpinan | www.dakwatuna.com |
Baru-baru
ini seorang sahabat memberikan saya sebuah artikel berjudul "In
Praise of Followers" (1988) karya Robert E Kelley, pakar
administrasi perusahaan dari Carnegie-Mellon University. Pada mulanya, saya
tidak tahu persis maksud pemberian artikel itu.
Saat
membaca tulisan besar di awal tulisan yang dimuat di Harvard Bussiness
Review itu, "Not all corporate success is due to
leadership", saya segera tahu, artikel itu bicara soal manajemen
bisnis, bukan manajemen pemerintahan. Hanya setelah membaca lebih dalam, saya
lantas menyadari betapa pentingnya tulisan Kelley itu bagi setiap pemimpin.
Dari
lembaran-lembaran artikel itu, muncul sebuah perspektif baru soal kepemimpinan.
Saya katakan perspektif baru karena berbagai opini dan perbincangan yang
muncul, utamanya menjelang hajatan politik pada 2014, senantiasa fokus pada
pencarian sosok pemimpin rakyat ideal. Namun, Kelley membalik paradigma itu
dengan menyatakan, peran mereka yang dipimpin (followers), dalam konteks
pemerintahan berarti rakyat, juga penting.
Lima
tipe Kelley membagi followers (baca: rakyat) menjadi lima kategori.
Pertama, kategori domba (sheep) yang memiliki sejumlah ciri: pasif,
tidak kritis, kurang memiliki inisiatif, serta rasa tanggung jawab. Mereka
hanya menjalankan peran apa adanya sesuai perintah pimpinan untuk kemudian
berhenti bekerja.
Kedua,
tipe serba setuju (yes people) yang tampak lebih lincah dibanding
tipe domba, namun seperti tipe pertama, kurang suka berusaha. Tipe ini sangat
bergantung pada pemimpin, suka menghormat berlebihan dan bersikap merendah di
hadapan pemimpinnya. Ba nyak pemimpin lemah dan kurang percaya diri suka dengan
tipe pengikut semacam ini.
Tipe
ketiga, tipe pengikut penyendiri (alienated followers) yang mempunyai
pikiran kritis dan sikap independen, namun enggan tampil untuk memperjuangkan
sikap dan pikiran mereka. Selalu bersikap sinis, mereka terjerumus menjadi
kelompok tidak puas, tapi tidak bersuara. Mereka tidak mau tampil sebagai
"oposan" bagi langkah dan kebijakan pimpinannya.
Di posisi tengah, ada para pengikut
dengan kategori pencari selamat (survivors). Tipe pengikut semacam ini
mengikuti ke mana arah mata angin berhembus. Mereka menganut prinsip mencari
selamat daripada menyesal.
Agar
tetap eksis, mereka bisa menjadi kelompok yang pasif jika kondisi tidak
kondusif untuk kritis dan di saat lain bisa secara agresif menyerang.
Tipe
terakhir yang paling ideal bagi suksesnya lembaga apapun adalah para pengikut
efektif (effective followers). Mereka memperjuangkan kemajuan diri
dengan menjalankan tugas dan kewajiban secara tegas dan bersemangat. Kelompok
ini siap mengambil risiko, memiliki inisiatif ,serta mempunyai kemampuan
memecahkan masalahnya sendiri.
Sejujurnya,
posisi sebagai pemimpin bisa memunculkan rasa frustasi dan kadang lemah
semangat. Hal semacam itu bisa terjadi jika komunitas yang kita pimpin masuk
kategori domba yang pasif, tidak kritis, kurang inisiatif, tidak memiliki rasa
tanggung jawab, dan bekerja seadanya dalam menjalankan beragam program yang
dicanangkan. Posisi sebagai pemimpin juga rawan jebakan.
Posisi
ini memabukkan dan pada tataran tertentu melenakan ego jika para kolega kita
mayoritas diisi mereka yang serba setuju. Apabila para pemimpin dikelilingi
pengikut yang kerap membungkuk dan menghormat, ada risiko pemimpin terjebak
ilusi di luar realitas sebenarnya yang terjadi.
Setiap
pemimpin akan semakin teralienasi dari realitas sebenarnya di masyarakat jika
karena berbagai sebab tertentu, kelompok masyarakat yang berpikir kritis dan
independen tidak mau tampil secara terbuka untuk menyuarakan pikiran, sikap,
dan kritik-kritiknya. Jika pemimpin buta akan ketidakpuasan yang berkembang di
masyarakatnya, hal itu memunculkan masyarakat sinis yang bisa meledak setiap
saat.
Belum
lagi jika kebanyakan masyarakat diisi oleh mereka yang masuk ka tegori pencari
selamat. Tidak ada kenyamanan memimpin di tengah orang-orang yang berorientasi
mencari keuntungan bagi posisi dirinya sendiri dengan cara mengintai-intai arah
mata angin kekuasaan. Energi akan habis jika pemimpin terus berusaha mengenali
siapa kawan siapa lawan.
Dengan
penuh kesyukuran, saya merasa terhindar dari komunitas dan masyarakat semacam
itu. Saya merasa hidup dalam satu komunitas, yakni setiap entitasnya dengan
penuh semangat, keyakinan, dan tanggung jawab memperjuangkan kesejahteraan dan
kemajuannya sendiri. Membaca tulisan Kelley itu, saya merasa memiliki para
pengikut efektif.
Kesuksesan rakyat Indikator
pernyataan saya itu jelas. Hal tersebut bisa dilihat dari beragam
pengakuan dan penghargaan nasional yang dianugerahkan kepada saya selaku
pimpinan daerah. Mulai 2009, saat peng- anugerahan Lencana Ksatria
Bhakti Husada Arutala atas pembangunan di bidang kesehatan,
penghargaan di bidang pangan pada 2010, penghargaan di bidang pariwisata pada
2011, sampai Bintang Mahaputra Utama pada 2012.
Meningkatnya
daya saing daerah juga menjadi indikator betapa followers yang
saya pimpin adalah pengikut efektif. Laju pertumbuhan ekonomi 2012 naik
5,85 persen, capaian investasi Rp 1,1 triliun, ketahanan pangan membaik, laju
penurunan kemiskinan yang sangat progresif atau angka pengangguran sebesar 5,21
persen merupakan bukti ketidakpasifan, hasil kerja keras, dan ikhtiar bersama
seluruh masyarakat.
Tanpa
tentaranya, Napoleon hanyalah lelaki yang memiliki ambisi besar. Keberhasilan
atau kegagalan sebuah organisasi tidak saja merupakan buah dari efektivitas
pemimpin, namun juga gambaran sejauh mana kualitas pengikutnya.
Para
pemimpin hendaknya membuka mata, sukses kepemimpinannya sangat tergantung pada
komunitas yang dipimpinnya. Karenanya, sukses seorang pemimpin pada hakikatnya
adalah sukses juga bagi rakyatnya, fakta etis yang mengingatkan para pemimpin
untuk berterima-kasih kepada rakyat dengan terus berupaya berkhidmat dan
menyejahterakan mereka.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda