Sebagian Musik Lokal Miskin Etika

1:28 AM , 1 Comments


Akhir-akhir ini banyak sorotan dan kritikan yang di layangkan oleh pemerhati seni Lombok kepada produsen lagu-lagu bahasa sasak karena dinilai tidak layak dikonsumsi oleh publik, selain karena bahasa yang digunakan mengandung pelecehan terhadap perempuan, dan berbau forno, seperti halnya lagu "endek kembe-kembe", "Bisoq Botol", "Bebalu melet besimbut" lagu "dedare bais" dan lain-lain (videonya bisa dilihat di youtube). 

Peminat lagu berbahasa sasak banyak diminati oleh warga sasak Lombok terutama warga sasak yang sedang berada diluar daerah ataupun luar negeri, mendengar lagu-lagu sasak bagi mereka adalah untuk melepas rasa kangen mereka pada kampung halaman. produksi lagu-lagu berbahasa sasak terlihat sangat pesat, sehingga untuk mendapatkan kaset lagu sasak sangatlah mudah kita jumpai di toko-toko penjualan kaset, emperan jalan, dan pasar umum. namun produksi dan penayangannya kurang mendapatkan perhatian dari KPID setempat, sehingga sesuatu yang tidak pantas untuk didengar, dilihat menjadi tontonan masyarakat, bahkan tidak jarang anak-anak kecil sudah hafal lirik lagu-lagu ini. 

Demikian juga halnya dengan di daerah-daerah lain, tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di Lombok, problem ini sepertinya sudah menasional, peran pemerintah nampaknya sangat ditunggu-tunggu sebagai pemegang kebijakan, jangan sampai masyarakat main hukum sendiri karena lambannya kinerja pemerintah dan penegak hukum.

Kondisi ini memunculkan kegalauan bagi sebagian orang tua, karena anak-anak yang mendengar lagu itu bertanya makna lirik lagu tersebut sehingga dikhawatirkan berdampak negatif terhadap perkembangan mental mereka. saya rasa KPID NTB lamban dalam bertindak, KPID hanya menunggu pengaduan dari masyarakat baru bisa bergerak, seharusnya KPID lebih cepat bertindak sebelum lagu-lagu tersebut dikonsumsi publik.

Orientasi Pasar

Lirik sejumlah lagu dangdut sasak terkesan hanya mementingkan keinginan pasar. inilah akibat dari kapitalisme yang disponsori oleh pemerintah, bagi kapitalis orientasi utamanya adalah laba dan laba, tanpa mempedulikan situasi dan lingkungan setempat. sehingga masyarakat kecillah yang menjadi korban.

Lombok dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid, masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai dan budaya lokal ketimurannya, sehingga untuk lagu-lagu yang berbau porno masih terdengar tabu di telinga masyarakat, maka sangatlah tidak etis lagu-lagu yang tidak berkualitas tersebut dipertontonkan ke masyarakat. 

Harapan Kepada Pemerintah

Hendaknya pemerintah harus mengambil langkah cepat, jangan menunggu diri "dipecut" baru sadar dan bertindak, jangan seperti polisi India (Dalam Film) yang datang ke TKP setelah semuanya berakhir. 

1 comment:

Terima kasih atas komentar anda