Energi “Man Jadda WaJada"
Ilustrasi | www.blogkaji.com |
“Barang siapa yang
bersungguh-sungguh, maka ia akan medapatkan apa yang ia inginkan”. Sebuah kata
mutiara arab yang sudah familiar dikalangan masyarakat sejak dirilisnya Novel dan Film Negeri 5 Menara, yang mengisahkan tentang perjalanan
hidup seorang santri hingga berujung pada kesuksesan, karena berkat mimpi yang
ia cita-citakan. Mari kita membuka sedikit lembaran biografi salah seorang
ilmuan Islam yang hidup pada abad yang ke-empat dari hijriah, beliau adalah
Ibnu Sina, sebagian besar waktunya digunakan untuk mempelajari dan mengkaji
ilmu, bukan hanya sebagai penghafal qur`an, juga beliau ahli dalam bidang ilmu
mantiq, keteknikan dan juga kedokteran. Ibnu Sina rela tidur 2-3 jam sehari
semalam demi menuntut ilmu. Sebelum Subuh dia bangun untuk shalat Tahajjud,
baca Quran, shalat Subuh dan belajar hingga matahari terbit. Selanjutnya
menjalankan tugasnya sebagai Dokter hingga zuhur. Zuhur hingga Maghrib mengajar
murid-muridnya. Maghrib hingga tengah malam membaca atau menulis buku. Bahkan,
Ibnu Sina sering tidak tidur karena terlena oleh buku-bukunya. Itulah sosok
ilmuan muslim yang tidak ada kata “menyerah” didalam hidupnya, yaitu bersungguh-sungguh
untuk mencapai cita-cita.
Untuk mencapai kesuksesan
bukan hanya bermodalkan keinginan seperti pepatah barat yang mengatakan “Where There is Will There Is Way” ; “Dimana ada keinginan disitu ada Jalan”,
namun perlu spirit kesungguhan yang diimplementasikan dengan tindakan nyata.
Kesuksesan sejati adalah orang yang biasa-biasa tetapi memiliki keuletan,
keteguhan dan konsistensi (Istiqomah) yang luar biasa. Mengutip kata bijak dari
Cina “ Selama masih memiliki keteguhan
hati, maka ibarat besi batangan pun masih bisa bengkok digosok menjadi jarum”,
kata-kata yang luar biasa yang mampu merubah sendi-sendi kehidupan menuju
kesuksesan, siapa sih yang tidak ingin kehidupannya sukses ? Sukses dlam meniti
karir, Sukses Akademik, Sukses Berdakwah, Sukses berpolitik dan 1001 macam kesuksesan
lainnya. Jalan menuju kesuksesan tidak ada yang lurus dan licin, namun harus
ditempuh dengan berbagai pengorbanan, mulai dari mengorbankan jiwa, harta,
pikiran, perasaan, dan orang lain. Itulah karakteristik kesuksesan yang harus
ditempuh, apabila ditengah-tengah jalan langkah kita terhenti, maka kesuksesan
itupun akan lamban untuk datang. Satu-satunya perbedaan antara orang sukses dan
orang yang tidak sukses adalah kesediaan dan kemauan untuk bekerja keras dan
sungguh-sungguh.
Ada satu musuh kesuksesan, yaitu
“Malas” apalagi malas yang disertai dengan rasa
Gengsi. Sifat Malas sudah ada pada diri setiap manusia, namun malas bisa di
‘embargo’, tergantung bagaimana seseorang melawan rasa malasnya; bisa dengan
berpindah ke pekerjaan lain, berkumpul dengan orang-orang sukses dan ahli ilmu,
atau ada cara-cara tersendiri untuk melawan malas itu. Apabila orang bisa
melepaskan diri dari ‘selimut’ kemalasan, maka tunggulah kesuksesan itu akan
datang. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita do`a penakluk rasa malas :
Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa membaca do’a:
أللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن
وأعوذ بك من العجز والكسل
وأعوذ بك من الجبن والبخل
وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال
“Allahumma
inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa
a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.”
(Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut,
kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari
siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
Kegagalan yang kita buat
bukan disebabkan karena kurang talenta, namun kebanyakan karena kurangnya
kesungguhan. Menyerah adalah hal termudah yang bisa dilakukan dimana saja.
Tetapi tetap bertahan dan istiqomah dikala semua orang menganggap kita akan
gagal, itulah kesuksesan sejati.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda