#Edisi Pemira Unmer (Part 2) Masih Adakah Harapan Itu ?
Tak terasa panggung politik PEMIRA (Pemilihan Umum Raya) 2013 sudah di depan
mata. Genderang perang sudah mulai ditabuhkan. Komisi Pemilihan Umum secara
resmi telah menetapkan 4 Calon Presma yang lulus verifikasi sebagai kontestan PEMIRA 2013.
dan Seorang Calon Katua DPM-U yang tentunya akan dipilih secara aklamasi.
Melihat setiap PEMIRA dari tahun ke tahun antara 2009 -2013, nampaknya tidak jauh beda dengan tahun - tahun sebelumnya, problematika yang dialami pun tidak jauh berbeda, mulai dari terbentuknya KPU dan Panwaslu yang diisi oleh orang-orang dari kalangan partai pengusung Incumbent (walaupun hanya berganti sosok).
Problem Yang Turun Temurun
Tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada suatu lembaga yang sempurna 100 % selama SDM nya masih diisi oleh Manusia, bagaimanapun manausia adalah tempat lupa dan kesalahan. Namun akankah ini yang dijadikan alasan untuk terus menerus berbuat kesalahan..??? tidak kah pernah terlintas didalam pikiran untuk membuat suatu perubahan..?? masih ingatkah mereka dg orasi dihadapan para mahasiswa baru, dg mengatakan " Mahasiswa adalah Agent Of Change"..!!! Agent Of Control..!!!! ternyata baru disadari oleh para Maba yang kini menjadi panitia KPU ,Panwaslu, bahwa yang dikatakan oleh sebior-senior mereka dahulu adalah hanyalah seremonial belaka, hanya perkataan yang mengandung sampah.
Seharusnya moment Pemira Unmer ini dijadikan sebagai Pemilu percontohan bagi daerah, dan bahkan Negara. keterlambatan dalam pendistribusian kertas suara, segel kotak suara yang rusak, tidak tepat waktu, Timing pemira yang terkesan tergesa-gesa se akan-akan menjadi rutinitas dan sudah dijadikan budaya oleh penyelenggara secara turun-temurun. Maka tidaklah heran junior juga mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para seniornya terdahulu, tidak ada panutan bagi mereka untuk dijadikan contoh.
Semoga Bukan Harapan Semu
Sudah saatnya Moment Pemira ini dijadikan sebagai garda perubahan untuk bangsa ini, pencoblosan secara manual yang hanya menghabiskan kertas, pulpen, tinta, ongkos percetakan, kesemuanya itu akan menambah tumpukan sampah. ada satu solusi yang ingin saya tawarkan untuk pemira unmer selanjutnya, selain mengurangi beban biaya juga mengurangi penggunaan kertas yaitu dengan menggunakan pencoblosan dengan sistem E-Vote. Jika menggunakan sistem e-vote, maka tidak akan ada lagi pengeluaran untuk pembiayaan perlengkapan-perlengkapan tersebut. Penggunaan sistem e-vote pada dasarnya juga membutuhkan pengeluaran untuk biaya pembuatan web dan server, namun pembuatan ini hanya satu kali dan dapat digunakan untuk periode pemira selanjutnya . Dengan demikian, alokasi dana yang dimiliki oleh pemira dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya agar semakin memeriahkan pelaksanaan pemira tersebut seperti publikasi, kampanye, dll. (itu menurut saya sebagai seorang calon sarjana Teknik Elektro).
Pemilihan Ketua KPU, Panwaslu beserta anggota masing-masing hendaknya dilakukan secara inklusif, dipublikasikan ke masing-masing fakultas/jurusan dan atau dipublikasikan via online. supaya tidak terjadi perekrutan yang hanya didominasi oleh golongan "Penguasa". karena inilah yang akan menyebabkan KPU dan Panwaslu sulit untuk mempertahankan diri sebagai pihak independent yang jujur dan bersih.
Presiden Mahasiswa dan DPMU sebagai Penanggung Jawab juga hendaknya selektif didalam menjaring SDM yang akan bekerja di KPU dan Panwaslu, sebelum mereka turun ke lapangan hendaknya diberikan training khusus supaya mereka dapat bekerja sesuai SOP yang telah tercantum dalam undang-undang.
Mohon maaf apabila ada kesalahan.
Melihat setiap PEMIRA dari tahun ke tahun antara 2009 -2013, nampaknya tidak jauh beda dengan tahun - tahun sebelumnya, problematika yang dialami pun tidak jauh berbeda, mulai dari terbentuknya KPU dan Panwaslu yang diisi oleh orang-orang dari kalangan partai pengusung Incumbent (walaupun hanya berganti sosok).
Problem Yang Turun Temurun
Tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada suatu lembaga yang sempurna 100 % selama SDM nya masih diisi oleh Manusia, bagaimanapun manausia adalah tempat lupa dan kesalahan. Namun akankah ini yang dijadikan alasan untuk terus menerus berbuat kesalahan..??? tidak kah pernah terlintas didalam pikiran untuk membuat suatu perubahan..?? masih ingatkah mereka dg orasi dihadapan para mahasiswa baru, dg mengatakan " Mahasiswa adalah Agent Of Change"..!!! Agent Of Control..!!!! ternyata baru disadari oleh para Maba yang kini menjadi panitia KPU ,Panwaslu, bahwa yang dikatakan oleh sebior-senior mereka dahulu adalah hanyalah seremonial belaka, hanya perkataan yang mengandung sampah.
Seharusnya moment Pemira Unmer ini dijadikan sebagai Pemilu percontohan bagi daerah, dan bahkan Negara. keterlambatan dalam pendistribusian kertas suara, segel kotak suara yang rusak, tidak tepat waktu, Timing pemira yang terkesan tergesa-gesa se akan-akan menjadi rutinitas dan sudah dijadikan budaya oleh penyelenggara secara turun-temurun. Maka tidaklah heran junior juga mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para seniornya terdahulu, tidak ada panutan bagi mereka untuk dijadikan contoh.
Semoga Bukan Harapan Semu
Sudah saatnya Moment Pemira ini dijadikan sebagai garda perubahan untuk bangsa ini, pencoblosan secara manual yang hanya menghabiskan kertas, pulpen, tinta, ongkos percetakan, kesemuanya itu akan menambah tumpukan sampah. ada satu solusi yang ingin saya tawarkan untuk pemira unmer selanjutnya, selain mengurangi beban biaya juga mengurangi penggunaan kertas yaitu dengan menggunakan pencoblosan dengan sistem E-Vote. Jika menggunakan sistem e-vote, maka tidak akan ada lagi pengeluaran untuk pembiayaan perlengkapan-perlengkapan tersebut. Penggunaan sistem e-vote pada dasarnya juga membutuhkan pengeluaran untuk biaya pembuatan web dan server, namun pembuatan ini hanya satu kali dan dapat digunakan untuk periode pemira selanjutnya . Dengan demikian, alokasi dana yang dimiliki oleh pemira dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya agar semakin memeriahkan pelaksanaan pemira tersebut seperti publikasi, kampanye, dll. (itu menurut saya sebagai seorang calon sarjana Teknik Elektro).
Pemilihan Ketua KPU, Panwaslu beserta anggota masing-masing hendaknya dilakukan secara inklusif, dipublikasikan ke masing-masing fakultas/jurusan dan atau dipublikasikan via online. supaya tidak terjadi perekrutan yang hanya didominasi oleh golongan "Penguasa". karena inilah yang akan menyebabkan KPU dan Panwaslu sulit untuk mempertahankan diri sebagai pihak independent yang jujur dan bersih.
Presiden Mahasiswa dan DPMU sebagai Penanggung Jawab juga hendaknya selektif didalam menjaring SDM yang akan bekerja di KPU dan Panwaslu, sebelum mereka turun ke lapangan hendaknya diberikan training khusus supaya mereka dapat bekerja sesuai SOP yang telah tercantum dalam undang-undang.
Mohon maaf apabila ada kesalahan.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda