Potret Wakil Tuhan
Masih ingatkah anda pernyataan seorang calon Hakim Agung saat uji kelayakan oleh anggota DPR ? ya beliau adalah Dr. Muh. Daming Sunusi, DH, M.Hum yang saat ini masih menjabat sebagai hakim dari Pengadilan Tinggi Banjarmasin, salah satu dari 12 calon hakim agung yang sedang mengikuti uji kelayakan dan kepatutan hakim agung. Sunggung sangat mengagetkan ketika salah seorang politisi PAN anggota komisi III DPR RI meminta pendapat calon hakim agung ini tentang kasus pemerkosaan.
“Bagaimana menurut anda, apabila kasus perkosaan ini dibuat menjadi hukuman mati?” tanya Anggota Komisi III dari Fraksi PAN, Andi Azhar kepada Muh. Daming, lantas beliau menjawab dengan jawaban yang diluar dugaan dan tidak sepantasnya keluar dari mulut seorang hakim sebagai “wakil tuhan” di Dunia. Dengan spontan Daming menjawab,
“Yang diperkosa dengan yang memerkosa ini sama-sama menikmati.
Jadi, harus pikir-pikir terhadap hukuman mati.”
Jawaban tersebut kontan disambut tawa dari segenap
anggota DPR yang sedang melakukan pengujian calon hakim agung tersebut (Metro
TV).
Komentar :
Pernyataan yang memang sangat tidak pantas itu pun
langsung menuai kecaman bertubi-tubi kepada Daming. Daming memang layak
mendapat kecaman bertubi-tubi itu, dan tidak layak untuk menjadi hakim agung.
Pernyataan tersebut seharusnya sudah cukup membuat Komisi III DPR
mengdiskualisifikasikan Daming sebagai calon hakim agung.
Seharusnya Mahkamah Agung juga bereaksi cepat untuk
menjatuhkan sanksi kepada Daming. Minimal sebuah teguran keras atau skorsing.
Jangankan sebagai hakim agung, sebagai hakim PN pun sebenarnya Daming sudah
tidak patut lagi.
Tetapi, kenapa kecaman hanya ditujukan kepada Hakim
Muhammad Daming Sunusi? Seharusnya kecaman juga ditujukan kepada anggota DPR
yang mengrespon enteng pernyataan Daming tersebut, bahkan mereka spontan
tertawa ceriah mendengar ucapan yang tidak pantas itu. Itu artinya, sikap
mereka terhadap korban perkosaan, tak ada bedanya dengan Hakim Daming.
Walaupun Daming sudah meminta maaf terhadap pernyataannya tersebut, tapi apa ta dikata nasi sudah menjadi bubur. Dari sini kita bisa mengambil hikmah untuk kita renungkan bahwa benar apa yang dikatakan dalam sebuah pepatah “Mulutmu Harimaumu” | “Lisan lebih tajam dari pedang”, begitulah kalau kita kurang menjaga lisan , akhirnya akan mengakibatkan kerugian terhadap diri sendiri dan bahkan orang lain.
# Surat Al-A`rof ayat 40:
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.”
# “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” [HR. Al-Bukhari dalam al-Adab hadits (6018) dan Muslim hadits (47).]# Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda