MENIMBANG IDEOLOGI ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ & SHAM)
"Beberapa pekan terakhir, media diributkan dengan penutupan sejumlah media Islam yang dinilai radikal dan mendukung ISIS oleh KEMENKOINFO atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tulisan terkait saya pernah tulis pada Blog www.blog.ub.ac.id/jabbar , sambil berselancar di lautan googling saya menemukan sebuah tulisan yang cukup menarik dan bagus untuk dikaci terkait dengan ISIS, berikut adalah tulisan Ustadz Dr.Ali Musri Semjan Putra.MA yang saya dapatkan dari blog saudara Faldo Maldini www.faldomaldini.com"
Oleh
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra. MA
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra. MA
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam buat nabi kita 
yang mulia Muhammad Shalallahu’ alaihi was salam beserta keluarga dan 
para sahabat beliau. Berangkat dari rasa ingin saling menasehati sesama 
Muslim, kami meluangkan waktu untuk membahas salah satu topik aktual 
dewasa ini. Yaitu tentang Daulah Islamiyah Iraq dan Syam (داعش) yang 
lebih popular dengan ISIS (Islamis State of Iraq and Sham). Jika kita 
amati isu ISIS telah menjadi polemik baru di tengah-tengah masyarakat. 
Adanya pro dan kontra terhadap sesuatu yang baru muncul itu hal yang 
biasa. Akan tetapi suatu hal yang tidak bisa diterima dan dibenarkan 
sama sekali adalah memanfaatkan isu ISIS untuk menolak Islam dari jarak 
jauh dan dekat, lalu dikait-kaitkan dengan dakwah Ahlus Sunnah yang 
sedang bersemi di bumi nusantara ini. Dengan kata lain: memancing di air
 keruh…
Semoga tulisan sederhana ini dapat menggambarkan siapa 
sebanarnya ISIS? dan bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap ISIS? 
Selamat membaca dan semoga bermanfaat
SEJARAH KELAHIRAN ISIS
Gerakan ISIS bermula dari dibentuknya “Jamaah Tauhid dan 
Jihad” di Irak pada tahun 2004 oleh Abu Mush’ab Zarqawi. Kemudian pada 
waktu yang bersamaan Zarqawi menyatakan pembai’atannya terhadap pimpinan
 tertinggi al-Qaeda Usamah bin Ladin, dengan demikian ia langsung 
menjadi perwakilan resmi al-Qaeda di Irak. Ketika Amerika menjajah Irak 
pasukan Zarqawi sangat agresif dalam menentang penjajahan tersebut. Hal 
ini menyebabkan banyak pejuang Irak yang bergabung dengan pasukan 
Zarqawi. Meskipun secara idiologi mereka berbeda, akan tetapi kondisi 
perang menyebabkan mereka untuk bergabung dengan segala kekuatan dalam 
melawan penjajahan Amerika terhadap rakyat Irak. Dengan berlalunya waktu
 pengaruh Zarqawi semakin kuat di tengah-tengah para pejuang Irak dan 
jumlah pasukannya semakin bertambah dan membesar.
Pada tahun 2006 Zarqawi mengumumkan melalui sebuah rekaman 
tentang pembentukan “Majlis Syura Mujahidin” yang diketuai oleh Abdullah
 Rasyid al-Baghdadi. Tujuan dari pembentukan “Majlis Syura Mujahidin” 
ini adalah untuk mengantisipasi perpecahan dikemudian hari antara 
berbagai kelompok pejuang yang tersebar di berbagai pelosok daerah Irak.
 Namun sebulan setelah pernyataannya tersebut Zarqawi terbunuh, lalu 
posisinya digantikan oleh salah seorang tokoh al-Qaeda yang bernama Abu 
Hamzah al-Muhajir.
Kemudian pada akhir tahun 2006 sebagian besar pasukan 
“Majlis Syura Mujahidin” berhasil mengambil sebuah keputusan bersama 
untuk mendirikan Negara Islam Irak di bawah pimpinan Abu Umar 
al-Baghdadi.
Lalu pada tanggal 19 April 2010 pasukan Amerika mengadakan 
penyerangan udara besar-besaran terhadap salah satu daerah Irak yang 
bernama Tsar-tsar. Sehingga terjadilah pertempuran sengit antara pasukan
 pejuang Irak dengan penjajah Amerika. Satu minggu setelah pertempuran 
tersebut pasukan al-Qaeda memberikan pernyataan melalui internet bahwa 
Abu Umar al-Baghdadi (Pimpinan Negara Islam Irak) dan Abu Hamzah 
al-Muhajir (Pimpinan Majlis Syura Mujahidin) telah terbunuh dalam 
pertempuran tersebut di kediaman mereka. Sekitar sepuluh hari berselang 
dari meninggalnya kedua orang tersebut diadakanlah rapat Majlis Syura 
Negara Islam Irak. Dalam rapat Majlis Syura tersebut terpilihlah Abu 
Bakar al-Baghdadi sebagai pengganti Abu Umar al-Baghdadi menjadi 
Pimpinan Negara Islam Irak.
Abu Bakar al-Baghdadi, bernama asli Ibrahim bin ‘Awad bin 
Ibrahim al-Badri lahir disalah satu distrik di Irak yang bernama Samura’
 pada tahun 1971. Ia adalah alumni S3 Universitas Islam Baghdad yang 
berprofesi sebagai pengajar/ dosen. Saat Amerika menjajah Irak Abu Bakar
 al-Baghdadi bangkit ikut berjuang bersama rakyat Irak di Samura’, 
seketika itu ia hanya memimpin sebuah pleton kecil. Kemudian ia 
berkerjasama dengan beberapa orang yang terindikasi memiliki ideologi 
teroris untuk membentuk sebuah pasukan perang tersendiri. Saat Zarqawi 
mengumumkan pembentukan “Majlis Syura Mujahidin” tahun 2006 ia termasuk 
diantara pimpinan pasukan mujahidin yang bergabung kedalamnya. Saat itu 
ia ditunjuk sebagai anggota Majlis Syura sekaligus menduduki posisi 
untuk menangani bagian pembentukan dan pengaturan urusan kesyariatan 
dalam “Majlis Syura Mujahidin”. Pada akhirnya ia menjadi orang 
kepercayaan Abu Umar al-Baghdadi dan ditunjuk sebagai penggantinya oleh 
Abu Umar al-Baghdadi sebagai pimpinan Negara Islam Irak setelahnya. 
Inilah sekilas kronologi terpilihnya Abu Bakar al-Baghdadi sebagai 
pimpinan Negara Islam Irak yang kemudian setelah meluaskan sayapnya ke 
Suriah dan mengklaim daerah-daerah yang sudah dibebaskan oleh para 
mujahidin lain dari kekuasan Bashar Asad dan menamakan kekuasaanya 
dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) pada tanggal 9 April 2013.
KRONOLOGI BERDIRINYA ISIS
Setelah terjadinya perperangan di Suriah pada tahun 2011 
antara tentara Bashar Asad dengan pasukan penentang penguasa, sebagian 
kelompok-kelompok mujahidin di Irak ikut bergabung membantu pasukan 
penentang penguasa. Pada awal tahun 2014 pasukan penentang penguasa 
berhasil menguasai sebagian besar dari wilayah Suriah, terutama 
perbatasan antara Suriah dan Irak. Di antara pasukan yang membantu 
perjuangan Rakyat Suriah melawan pemerintahan Bashar Asad adalah pasukan
 Jabhah Nushrah yang merupakan perwakilan al-Qaeda untuk wilayah Syam di
 bawah pimpinan Abu Muhammad al-Faatih dan lebih populer dengan 
panggilan al-Jaulani. Diantara tokoh al-Qaeda yang loyal dengan pasukan 
Jabhah Nushrah adalah Aiman Zawahiri, Abu Qotadah al-Falistini dan Abu 
Muhammad al-Maqdisi.
Pada tanggal 9 April 2013 Abu Bakar al-Baghdadi mengumumkan
 melalui sebuah rekaman bahwa pasukan Jabhah Nushrah adalah bagian dari 
Negara Islam Irak. Dan ia mengganti penyebutan Jabhah Nushrah dengan 
nama Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Selang beberapa hari setelah itu
 Abu Muhammad al-Jaulani sebagai pimpinan Jabhah Nushrah menjawab 
pernyataan Abu Bakar al-Baghdadi dalam sebuah rekaman pula. Dalam 
rekaman tersebut ia menjelaskan tentang hubungan antara Negara Islam 
Irak dengan Jabhah Nushrah. Kemudian ia menyatakan penolakan keinginan 
Abu Bakar al-Baghdadi untuk menggabungkan Jabhah Nushrah kedalam Negara 
Islam Irak yang dipimpin al-Baghdadi. Setelah itu ia manyatakan 
pembai’atannya terhadap pasukan al-Qaeda di Afganistan. Selang beberapa 
hari setelah itu pimpinan al-Qaeda yang lainnya mendukung pernyataan 
penolakan terhadap pernyataan Abu Bakar al-Baghdadi. Secara tegas Aiman 
Zawahiri sekitar bulan November 2013 menyatakan bahwa ISIS bukan bagian 
dari al-Qaeda dan al-Qaeda berlepas diri dari ISIS yang kejam dan bengis
 terhadap sesama muslim. Bahkan para tokoh al-Qaeda di berbagai Negara 
menyebut bahwa ISIS adalah kaum Khawarij kotemporer karena sangat 
ekstrim terhadap orang Islam di luar kelompok mereka, dengan sebutan 
murtad. Mereka melakukan aksi-aksi kekerasan yang sangat naif terhadap 
rakyat sipil dan pasukan mujahidin lain, baik di Irak maupun di Suriah.
Pada awalnya Abu Bakar al-Baghdadi hanya ditugaskan untuk 
pembebasan Irak, adapun Suriah sudah dibawah kendali pimpinan al-Qaeda 
Syam. Alasan lain adalah akan terjadinya kekacauan antara sesama 
kelompok mujahidin yang sedang berjihad dilapangan tempur bila ada 
pengklaiman pendirian negara, karena hal ini perlu dibicarakan dengan 
seluruh elemen yang berjuang dalam pembebasan Suriah. Sejaki saat itu 
mulailah terjadi gesekan antara ISIS dengan pasukan-pasukan lain yang 
sedang berjuang melawan pasukan Bashar Asad di Suriah. Hari demi hari 
ISIS semakin menunjukkan kebiadabannya baik terhadap mujahidin lain yang
 diluar pasukan mereka maupun terhadap rakyat sipil yang tidak berdosa. 
Mereka meledakkan pos-pos mujahidin dan tempat-tempat pengungsian dengan
 bom mobil.
Bahkan mereka menghadang konvoi bantuan makanan dan 
kesehatan di tengah perjalanan yang disalurkan oleh relawan kemanusian 
dari berbagai Negara Muslim di dunia untuk rakyat Suriah yang sedang 
berada di pengungsian. Lalu bantuan bahan makanan dan kesehatan tersebut
 mereka rampas, bahkan sebahagian dari tim relawan yang membawa bantuan 
tersebut ada yang mereka siksa atau mereka bunuh.
Pada tanggal 29 Juni 2014, juru bicara ISIS memaklumatkan 
Abu Bakar al-Baghdadi sebagai Khalifah Muslimin dan penyebutan Negara 
dirubah dari ISIS menjadi Negara Islam. Dari sinilah ISIS melihat setiap
 orang yang enggan untuk membai’at Abu Bakar al-Baghdadi adalah kafir 
karena telah menentang penegakan Negara Islam dan penerapan syariat 
Islam. Dan mereka melihat memerangi dan membunuh kaum murtad didahulukan
 dari memerangi orang kafir asli. Sehingga tidak sedikit kaum muslimin 
yang mereka bunuh, baik dari kalangan mujahidin, maupun rakyat sipil 
dari wanita dan anak-anak dengan cara yang amat keji dan kejam. 
Perbuatan biadab tersebut mereka sebarkan melalui internet. Tujuan 
mereka memperlihatkan kekejian tersebut adalah sebagai ancaman dan untuk
 membuat ketakutan bagi orang yang enggan menerima keputusan mereka. 
Semenjak diprolamirkan berdirinya ISIS, semenjak itu pula terjadi 
pembunuhan dan pembantaian terhadap sesama muslim dan terhadap jiwa-jiwa
 tidak berdosa baik di Irak maupun di Suriah.
IDEOLOGI ISIS DALAM TIMBANGAN
Diantara IDEOLOGI ISIS yang perlu ditimbang adalah:
1. Pertama : Mengklaim Bahwa Pimpinan Mereka Adalah Sebagai Khalifah Yang Wajib Dibaiat Dan Ditaati Oleh Setiap Muslim.
Semenjak kemunculan Khawarij dalam sejarah Islam mereka 
selalu mengklaim bahwa pemimpin mereka adalah pemimpin yang sah dan 
mutlak untuk ditaati. Karena menurut mereka seorang pemimpin harus 
terlepas dari dosa-dosa besar. Bila seorang pemimpin terjatuh kedalam 
dosa besar maka menurut mereka pemimpin tersebut wajib diganti. Bahkan 
harus dibunuh karena ia telah kafir dengan dosa tersebut, kecuali taubat
 dan menyatakan keislamannya kembali. Oleh sebab itu sejak dulu negara 
Khawarij tidak pernah stabil dan bertahan lama. Selama pemimpin mereka 
manusia, maka ia sangat berpeluang untuk jatuh kedalam dosa. Sangat 
sulit dan tidak akan pernah ada pemimpin yang bebas dari dosa.
Klaim seorang penguasa bahwa dirinya sebagai Khalifah umat 
Islam sudah sering terjadi dalam sepanjang sejarah umat Islam setelah 
umat Islam mengalami kemunduran dalam kekuatan politik sejak masa 
Dinasti Umawiyah, Abassiyah sampai Dinasti Utsmaniyah. Bahkan tidak 
sedikit pula diantara mereka yang mengaku sebagai Imam Mahdi akhir 
zaman. Terakhir peristiwa klaim tesebut dilakukan oleh kelompok Juhaiman
 di kota Makkah pada tahun 1979[1]. Peristiwa-peristiwa tersebut telah 
memakan korban yang cukup banyak dari kalangan kaum muslimin.
Hal yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa serupa 
biasanya dimulai dari proses pembelajaran agama yang jauh dari bimbingan
 para Ulama. Terutama dalam memahami dalil-dalil yang berhubungan dengan
 peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman. Kemudian ditambah
 lagi oleh kondisi umat yang memprihatinkan, membuat sebagian orang 
ingin menjadi pahlawan di siang bolong. Dan sebab yang lebih dominan 
adalah kecintaan terhadap kekuasaan. Sebagian orang ada yang menjadikan 
dalil agama demi mencapai tujuan hawa nafsunya. Maka Abu Bakar 
al-Bagdadi bukanlah orang pertama yang mengaku dirinya sebagai Khalifah 
dalam sejarah Islam. Bahkan di antara mereka yang mengaku sebagai 
Khalifah terdapat orang jauh lebih baik kepribadiannya dari Abu Bakar 
al-Baghdadi. Akan tetapi pengakuan mereka tersebut berlaku pada wilayah 
yang mereka kuasai semata. Disebut khalifah karena ia pengganti penguasa
 sebelumnya, bukan dalam artian khalifah sebagai penguasa umat Islam di 
seluruh penjuru dunia[2].
Maka khalifah dalam pengertian tersebut, bisa disamakan 
pada setiap pemimpin muslim yang memimpin kaum Muslimin di wilayah 
negara manapun.
Syaikh Muhamad Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan bahwa 
pada abad ke 5H banyak sekali penguasa yang menyebut dirinya khalifah. 
Di Andalus ada lima orang, masing-masing menyebut dirinya khalifah dan 
termasuk pula penguasa Mesir dan Dinasti Abassiyah di Baghdad, sampai 
yang mengaku khalifah di berbagai penjuru dunia dari kalangan Alawiyah 
dan Khawarij. Hal inilah yang dimaksud oleh sabda Rasulullah 
Shalallahu’alaihi wassalam: “Akan terdapat khalifah-khalifah yang banyak
 jumlahnya[3].[HR. Muslim].
Hal yang senada juga dijelaskan Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya “Syarah Shahih Muslim”[4].
Adapun Khilafah dalam artian melindungi segenap umat Islam 
di seluruh pelosok sedunia, telah dijelaskan oleh Rasulullah 
Shalallahu’alaihi was salam bahwa pemerintahan yang berbentuk 
kekhalifahan seperti ini hanya berlangsung selama 30 tahun setelah 
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Kemudian setelah itu bentuk 
pemerintahan akan berubah menjadi kerajaan.
Rasulullah Shalallahu’alaihi was salam bersabda:
الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم ملك بعد ذلك
“Kekhilafahan di tengah umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu berupa kerajaan”[5].
2. Kedua: Mengkafirkan Setiap Muslim Yang Tidak Mau Membai’at Khalifah Mereka.
Salah satu dari kebiasaan orang-orang Khawarij sejak dulu 
kala adalah kegemaran mereka mengkafirkan orang Muslim yang tidak mau 
menerima pandangan dan pendapat mereka. Jika duhulu mereka berani 
mengkafirkan seperti Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu 
sahabat yang mulia dan dijamin masuk surga oleh Rasulullah 
Shalallahu’alaihi wassalam, bagaimana dengan pemimpin setelahnya atau 
pemimpin-pemimpin yang ada saat ini? Jika zaman sekarang mereka berani 
mengkafirkan Syaikh Bin Baz rahimahullah bagaimana dengan ulama yang 
lainnya?
Berdasarkan berbagai informasi yang kami peroleh dari 
berbagai sumber, pasukan ISIS sangat mudah mengobral vonis kafir 
terhadap Muslim yang di luar kelompok mereka.
Rasul kita Muhammad Shalallahu’alaihi wassalam telah 
memperingatkan umatnya dari jauh-jauh hari agar mereka tidak meremehkan 
soal vonis murtad atau kafir antara sesama mereka. Sebab, bila seorang 
Muslim dituduh kafir oleh sorang Muslim lainnya, maka ucapan tersebut 
melekat pada salah seorang dari mereka. Bila yang dituduh tidak demikian
 adanya, maka ucapan tersebut kembali kepada orang yang menuduh kafir.
إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Apabila seseorang mengkafirkan saudaranya maka sungguh salah seorang dari keduanya telah terkena kalimat tersebut”[6] .
Dalam riwayat lain berbunyi:
أَيُّمَا امْرِئٍ قَالَ لأَخِيهِ يَا كَافِرُ. فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ
“Siapaun yang berkata kepada saudaranya: Hai kafir! maka 
sungguh salah seorang dari keduanya telah terkena kalimat tersebut, jika
 adanya seperti ia ucapkan, dan jika tidak maka ucapan tersebut kembali 
kepada yang mengucapkannya”[7] .
3. Ketiga: Menghalalkan Darah Setiap Orang Yang Tidak Mau Membai’at Khilafah Mereka.
Diantara kesesatan sekte Khawarij sejak dulu kala dengan 
menghalalkan darah orang yang di luar kelompok mereka. Bahkan sesama 
kelompok Khawarij sekalipun dengan alasan yang sangat sepele mereka 
dengan mudah melakukan pembunuhan. Meskipun orang yang akan mereka 
eksekusi nyata-nyata mengucapakan dua kalimat syahadat di hadapan mereka
 secara jelas, akan tetapi mereka tetap menyiksa dan membunuhnya dengan 
cara sadis dan kejam. Bahkan mereka meledakkan masjid yang dipenuhi oleh
 jamaah menunaikan sholat jum’at.
Dalam doktrin ISIS memerangi Muslim yang di luar kelompok 
mereka yang mereka sebut sebagai orang yang murtad lebih utama untuk 
dibunuh dan diperangi sebelum memerangi orang-orang kafir asli.
Lihatlah bagaimana yang dilakukan oleh pendahulu mereka 
terhadap seorang sahabat nabi yang bernama Abdullah bin Khabbaab 
Radhiyallahu anhu, mereka membunuhnya dan membelah perut isterinya 
sedang hamil di hadapannya [8].
Atas dasar informasi yang kami dapatkan dari orang yang 
langsung menyaksikan kekejaman ISIS, sungguh perbuatan mereka jauh lebih
 keji, lebih kejam, lebih sadis dan lebih hina dari Khawarij-Khawarij 
yang terdahulu.
Bahkan mereka melakukan pembunuhan secara membabi buta, 
tanpa memperdulikan orang baik atau bukan, orang yang diberi jaminan 
keamanan atau bukan.
Rasulullah Shalallahu’alaihi was salam bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ 
مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ 
يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً 
فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ 
بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَ يَتَحَاشَ مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِي لِذِي
 عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَلَسْتُ ُ مِنْهُ.
“Barangsiapa yang meninggalkan ketaatan kepada pemimpin dan
 keluar dari jama’ah (persatuan)! Lalu ia mati, maka ia mati dalam 
jahiliyah. Barangsiapa yang berperang di bawah bendera kesesatan, ia 
marah demi kelompok tertentu atau karena mengajak kepada kelompok 
tertentu, atau karena mendukungnya, lalu ia terbunuh, maka ia terbunuh 
dalam kajahiliyahan. Barangsiapa yang memberontak atas umatku, ia 
membunuh orang baik maupun yang jahat, dan tidak memperdulikan orang 
beriman sekalipun, demikian pula tidak menepati janji bagi orang yang 
diberi perjanjian, maka ia tidak termasuk bagian dariku dan aku tidak 
termasuk bagian darinya”.[HR.Muslim][9]
Imam al-Bukhari rahimahullah berkata : “Oleh sebab itu Ibnu
 Umar Radhiyallahu anhuma memandang mereka adalah seburuk-buruk makhluk,
 karena mereka mengambil ayat-ayat yang turun tentang orang kafir lalu 
mereka menjadikannya untuk orang-orang mukmin”[10].
Rasulullah Shalallahu’alaihi was salam senantiasa 
memberikan nasehat kepada pasukan yang beliau utus untuk sebuah 
perperangan agar tidak membunuh anak-anak:
اغْزُوا بِاسْمِ اللَّهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَاتِلُوا مَنْ 
كَفَرَ بِاللَّهِ اغْزُوا وَلاَ تَغُلُّوا وَلاَ تَغْدِرُوا وَلاَ 
تَمْثُلُوا وَلاَ تَقْتُلُوا وَلِيدًا
“Berperanglah di jalan Allah dengan menyebut nama Allah! 
Perangi orang yang kafir kepada Allah! Jangan berbuat curang! Jangan 
mengambil harta rampasan perang sebelum pembagian! Jangan lakukan 
penyiksaan! Dan jangan kalian bunuh anak-anak!”[11]
Dalam sebuah perperangan Rasulullah Shalallahu’alaihi was 
salam mendapatkan kabar ada anak-anak kecil yang terbunuh, lalu beliau 
Shalallahu’alaihi was salam bersabda:
مَا بَالُ أَقْوَامٍ جَاوَزَهُمُ الْقَتْلُ الْيَوْمَ حَتَّى 
قَتَلُوا الذُّرِّيَّةَ]، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا 
هُمْ أَوْلاَدُ الْمُشْرِكِينَ، فَقَالَ: “أَلاَ إِنَّ خِيَارَكُمْ 
أَبْنَاءُ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ قَالَ: “أَلاَ لاَ تَقْتُلُوا ذُرِّيَّةً 
أَلاَ لاَ تَقْتُلُوا ذُرِّيَّةً .
“Mengapa ada orang-orang pada hari ini yang berbuat 
melampaui batas dalam membunuh sehingga ada yang membunuh anak-anak. 
Lalu seseorang berkata: “Ya Rasulullah! Mereka tersebut anak-anak orang 
musyrikin”. Beliau menjawab: “Bukahkah orang yang terbaik diantara 
kalian hari ini adalah anak-anak orang musyrikin?” Kemudian beliau 
bersbada: “Ketahuilah, Jangan kalian membunuh anak-anak! Ketahuilah 
jangan kalian membunuh anak-anak”[12].
Dalam aksinya orang-orang ISIS tidak segan-segan meledakan 
masjid yang dipenuhi oleh jama’ah sedang menunaikan shalat Jum’at. 
Rasulullah Shalallahu’alaihi was salam melarang melakukan penyerangan 
terhadap perkampungan yang ada masjid di dalamnya atau terdengar suara 
azan dari kampung tersebut.
إِذَا رَأَيْتُمْ مَسْجِدًا أَوْ سَمِعْتُمْ مُؤَذِّنًا فَلاَ تَقْتُلُوا أَحَدًا
“Apabila kalian melihat masjid atau mendengar suara Muadzin maka jangan kalian membunuh seorangpun”[13].
Kalau kita perhatikan di masa kekhalifahan Ali bin Abi 
Thalib Radhiyallahu ‘anhu ada sebagian kaum muslimin yang tidak mau 
membaiat beliau. Akan tetapi beliau tidak pernah mengkafirkan apalagi 
membunuh mereka. Bahkan orang-orang Khawarij yang mengkafirkan dan 
menentang beliau tidak beliau kafirkan. Meskipun beliau pada akhirnya 
meninggal karena dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Ibnu Muljam.
Jika Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu 
tidak mau melakukan pemaksaan terhadap orang yang tidak mau membaiat 
beliau. Lalu apakah Abu Bakar al-Baghdadi layak untuk memaksa agar orang
 harus membaiatnya? Tidakkah ia merasa malu terhadap dirinya sendiri.
4. Keempat: Mewajibkan Setiap Muslim Untuk Membatalkan Baiat Mereka Kepada Pemimpin Negara Mereka Masing-Masing.
Hal ini sangat berpontesi menjadikan kaum muslimin untuk 
dicurigai dan dimata-matai oleh pemerintah mereka, bahkan menyebabkan 
sebagian mereka ditangkap dan dihukum. Namun apakah mereka mendapat 
pembelaan dari orang-orang ISIS di sana? Apakah ISIS tahu tentang 
keadaan mereka dan dapat berbuat sesuatu untuk mereka?
Bahkan yang lebih fatal lagi dari itu semua, hal ini akan 
memancing terjadinya pemberontakan dan pembunuhan di banyak negara kaum 
Muslimin. Tindakan mereka jelas-jelas sangat menentang dalil-dalil 
agama. Rasulullah Shalallahu ’alaihi was salam telah memperingatkan umat
 terhadap kondisi ini dalam sabdanya:
وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا 
قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الأَوَّلِ فَالأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ 
فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
“Akan muncul khalifah-khalifah yang banyak jumlahnya”, Para
 Sahabat bertanya : Apa perintahmu untuk kami? Jawab Rasulullah 
Shalallahu’alaihi was salam : “Penuhi baiat yang pertama terlebih dahulu
 dan berikan hak mereka, sesungguhnya Allah akan meminta 
pertanggungjawaban mereka terhadap apa yang Allah tugaskan kepada 
mereka”[14].
Hadits ini menegaskan kepada kaum muslimin dalam kondisi 
banyaknya orang mengaku dirinya sebagai khalifah untuk tetap taat dan 
setia terhadap pemimpin mereka yang pertama.
Rasulullah Shalallahu’alaihi was salam telah memperingatkan
 umat Islam tentang bagaimana menyikapi orang yang memecah bela 
persatuan kaum Muslimin. ‘Arfajah berkata : “Aku mendengar Rasulullah 
Shalallahu’alaihi was salam bersabda:
إِنَّهُ سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ 
يُفَرِّقَ أَمْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ وَهْىَ جَمِيعٌ فَاضْرِبُوهُ 
بِالسَّيْفِ كَائِنًا مَنْ كَانَ
“Sesungguhnya akan terjadi kekacauan dan kekacauan, 
Barangsiapa yang ingin memecah belah persatuan umat ini sedangkan mereka
 bersatu (dibawah pemimpin), maka hendaklah kalian penggal leher orang 
tersebut dengan pedang siapapun orangnya”[15].
Hadits ini memberikan ketegasan untuk menjaga persatuan di 
bawah penguasa yang resmi. Dan kita wajib melakukan penolakan terhadap 
setiap orang yang berusaha memecah bela antara kaum muslimin dengan 
pemimpin mereka.
5. Kelima: Kebodohan Mereka Tentang Ajaran Agama Terutama Perkara Yang Berkaitan Jihad Dan Khilafah.
Sifat-sifat mereka persis sama dengan sifat orang-orang 
Khawarij yang yang telah digambarkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi 
was salam dalam Sunnahnya. Oleh sebab itu tidak ada perbedaan pendapat 
di tengah para ulama Ahlus Sunnah untuk menyebut mereka sebagai Khawarij
 kontemporer. Bahkan tokoh-tokoh dari kalangan kelompok al-Qaeda sendiri
 menyebut ISIS sebagai kelompok Khawarij yang paling ekstrim dalam 
sejarah.
Berbagai ulah biadab dilakukan oleh ISIS terhadap kaum 
Muslimin di luar kelompok mereka. Seperti, penyembelihan dan pembunuhan 
yang mereka lakukan terhadap orang-orang Muslim adalah bukti kejahilan 
(kebodohan) mereka dengan ajaran agama yang mulia ini. Terlebih-lebih 
lagi bila kita mendengarkan berbagai alasan mereka dalam melakukan 
tindakan biadap tersebut. mereka benar-benar persis dengan sifat 
khawarij yang terdapat dalam hadits-hadits berikut ini.
Yusair bin Amru bertanya kepada Sahal bin Hanif : “Apakah 
kamu pernah mendengar Nabi Shalallahu’alaihi was salam berbicara tentang
 Khawarij?” Sahal menjawab, “ Aku mendengar beliau bersabda sambil 
menunjuk dengan tangannya ke arah Irak. “Akan keluar dari daerah sana 
sekelompok kaum yang gemar membaca Al qur’an akan tetapi tidak melewati 
kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti keluarnya 
anak panah dari busurnya”[16] .
Para ulama menerangkan maksud dari kata-kata “gemar membaca
 al-Qur’an akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka”, mereka tidak
 memahami tentang apa yang mereka baca dan bacaan tersebut tidak 
memperbaiki keyakinan mereka, karena isi bacaan mereka tersebut tidak 
masuk kedalam hati mereka dalam bentuk ilmu. Tentu hal ini yang 
menyebabkan mereka bodoh tentang ajaran agama. Bahkan digambarkan 
kecepatan mereka keluar dari agama bagaikan secepat anak panah dari 
busurnya.
Dalam hadits yang lain diperjelas lagi tentang gambaran 
kebodohan mereka. Berkata Ali bin AbiThalib Radhiyallahu ‘anhu, aku 
mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi was salam bersabda:
سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ 
الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ 
الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ 
يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar di akhir zaman sekelompok orang, berusia muda 
lagi berpikiran dungu. Mereka mengatakan sebaik-baik ucapan manusia. 
Mereka gemar membaca al-Qur’an, akan tetapi tidak melewati kerongkongan 
mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti keluarnya anak panah dari
 busurnya”[17].
Dalam melakukan berbagai aksinya, orang-orang Khawarij 
menggunakan simbol-simbol agama dan merasa diri mereka membela agama 
Allah. Akan tetapi, tanpa mereka sadari, pada hakikatnya mereka 
merobohkan agama Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi 
was salam tentang mereka:
سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ 
يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ -إلى أن قال- يَدْعُونَ إِلَى
 كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ 
أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ.
“Akan terjadi di tengah-tengah umatku perselisihan dan 
perpecahan, sekelompok kaum yang indah dalam ungkapan namun buruk dalam 
perbuatan”. (sampai pada ungkapan beliau): “Mereka mengajak kepada kitab
 Allah, tetapi mereka tidak termasuk kedalamnya sedikitpun. Orang yang 
menentang mereka lebih baik di sisi Allah daripada mereka”[18] .
Dalam lafazh yang lain berbunyi:
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ.
“Mereka membaca al-Qur’an, hal itu mereka kira (hujjah) 
bagi mereka namun sesungguhnya hal itu (hujjah) yang menentang 
mereka”[19] .
PENUTUP
Demikian sekilas tentang hakikat negara ISIS. Berikuti ini berberapa sumber yang bisa dirujuk dalam pembahasan ini:
• http://www.alalam.ir/news/ 1552479
• http://www.ahraralsham.com/?p= 2941
• http://www.dawaalhag.com/?p= 8114
• http://justpaste.it/dls1
• http://justpaste.it/dlai
• http://halabnews.com/news/ 36562
• http://halabnews.com/news/ 36822
• http://halabnews.com/news/ 39875
• http://halabnews.com/news/ 42816
• http://halabnews.com/news/ 44617
• http://www.alalam.ir/news/
• http://www.ahraralsham.com/?p=
• http://www.dawaalhag.com/?p=
• http://justpaste.it/dls1
• http://justpaste.it/dlai
• http://halabnews.com/news/
• http://halabnews.com/news/
• http://halabnews.com/news/
• http://halabnews.com/news/
• http://halabnews.com/news/
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun 
XVIII/1435/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. 
Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 
Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat Kisahmuslim.com
[2]. Lihat Tuhfatul Ahwadzi 6/396
[3]. Ibid 6/393
[4]. 12/202
[5]. Lihat Sunan Tirmidzi 4/503 (2226) dan dishahihkan oleh Al-Albani
[6]. Lihat Shahih al-Bukhari 2/264 (5753) dan Shahih Muslim 1/56 (224)
[7]. Lihat Shahih Muslim 1/56 (225)
[8]. Lihat Usudul Ghaban 2/101
[9]. Lihat Shahih Muslim 6/20 (4892)
[10]. Lihat Shahih al-Bukhari 6/2539
[11]. Lihat Shahih Muslim 5/139 (4619)
[12]. Lihat Musnad Ahmad 3/435 (15627) dan as-Silsilatu ash-Shahihah 1/759 (402)
[13]. Lihat Sunan Abu Dawud 2/374 (2637)
[14]. Lihat Shahih al-Bukhari 3/1273 (3268) dan Shahih Muslim 6/17 (4879)
[15]. HR Muslim 6/22 (4902)
[16]. HR al-Bukhari 6/2541 (6535)
[17]. HR al-Bukhari 3/1321 (3415) dan Muslim 3/113 (2511)
[18]. HR Abu Dawud 4/387 (4767) dishahihkan oleh Al-Albani
[19]. HR Muslim 3/115
_______
Footnote
[1]. Lihat Kisahmuslim.com
[2]. Lihat Tuhfatul Ahwadzi 6/396
[3]. Ibid 6/393
[4]. 12/202
[5]. Lihat Sunan Tirmidzi 4/503 (2226) dan dishahihkan oleh Al-Albani
[6]. Lihat Shahih al-Bukhari 2/264 (5753) dan Shahih Muslim 1/56 (224)
[7]. Lihat Shahih Muslim 1/56 (225)
[8]. Lihat Usudul Ghaban 2/101
[9]. Lihat Shahih Muslim 6/20 (4892)
[10]. Lihat Shahih al-Bukhari 6/2539
[11]. Lihat Shahih Muslim 5/139 (4619)
[12]. Lihat Musnad Ahmad 3/435 (15627) dan as-Silsilatu ash-Shahihah 1/759 (402)
[13]. Lihat Sunan Abu Dawud 2/374 (2637)
[14]. Lihat Shahih al-Bukhari 3/1273 (3268) dan Shahih Muslim 6/17 (4879)
[15]. HR Muslim 6/22 (4902)
[16]. HR al-Bukhari 6/2541 (6535)
[17]. HR al-Bukhari 3/1321 (3415) dan Muslim 3/113 (2511)
[18]. HR Abu Dawud 4/387 (4767) dishahihkan oleh Al-Albani
[19]. HR Muslim 3/115
.png)








Daulah Islamiyah, baqiyah, bi'idznillah. Allahu AKbar.
ReplyDeletekami akan menegakkan syariat islam dan hukum-hukum Allah di muka bumi.
http://transparan.id