Ribut Soal Jatah Beasiswa Mahasiswa

11:03 PM , 0 Comments

Pagi ini saya menyempatkan diri untuk membaca buletin bulanan WARTA BASEMENT yang diterbitkan oleh UKM Pers Mahasiswa Unmer, kali ini Warta Basement mengangkat tema tentang “Penurunan Kuota Penerima Beasiswa”. Bagi saya tema yang cukup menarik untuk didiskusikan. Beberapa tahun lalu saya juga sempat mencicipi manisnya beasiswa selama dua semester. Bukan karena saya mahasiswa berprestasi yang ber-IPK cumload namun karena mendapatkan amanah sebagai "pelayan" sebuah organisasi. Nominal beasiswa persemester kurang lebih Rp. 1.100.000, jadi pertahunnya Mahasiswa organisatoris tersebut akan menerima "gaji" Rp.2.200.000, jumlahnya tidaklah seberapa dibandingkan dengan pengeluaran mahasiswa normal tiap bulannya, namun bagaimanapun mahasiswa yang kebanyakan adalah anak kos-kosan "gaji" tersebut lumayan untuk menambah uang saku, atau untuk mentraktir rekan-rekan seperjuangan, bahkan tidak jarang juga ada yang menggunakannya untuk menutup biaya kuliah.

Masing-masing kampus menyediakan beasiswa untuk mahasiswanya, di kampus unmer terdapat beberapa beasiswa diantaranya adalah Beasiswa PPA untuk Mahasiswa berprestasi, beasiswa ini biasanya diperebutkan oleh mahasiswa yang ber-IPK diatas 3.00, beasiswa BBM bagi mahasiswa yang kurang mampu dengan menyertakan surat dari RT/RW tempat domisili sebagai salah satu persyaratan, kemudian ada juga beasiswa Djarum, beasiswa ini nominalnya cukup besar dibandingkan beasiswa lainnya namun untuk bisa mengajukan beasiswa ini mahasiswa pemohon harus sedang duduk di semester lima dan aktif disalah satu organisasi intra kampus. dan beasiswa-beasiswa lainnya seperti MNC Grop, Poligon, dan beasiswa "reward" untuk para ketua lembaga organisasi kemahasiswaan.

Yang ingin saya garis bawahi pada tulisan ini adalah "BEASISWA REWARD" , sebanarnya kurang pas kalau beasiswa yang diterima oleh para ketua lembaga disebut gaji, karena pada dasarnya Mahasiswa itu bekerja demi kepentingan khalayak banyak tanpa mempedulikan upah, bekerja dengan ikhlas. Dulu, senior-senior saya di sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tidak pernah mengiming-iming yuniornya meraih jabatan ketua lembaga untuk mendapatkan reward. saya juga tidak tau kalau ketua lembaga mendapatkan reward dari kampus, saya baru tau setelah pihak rektorat menelepon saya untuk datang mengambil uang. Alhamdulillah.

Seperti yang saya kutip dari Warta Basement; Mulai tahun 2013 beasiswa reward tersebut dihapus, yang artinya ketua lembaga tidak lagi mendapatkan beasiswa, pihak rektorat mengatakan beasiswa tersebut dihapus karena awalnya beasiswa tersebut merupakan hasil dari pembagian beasiswa PPA dan BBM, dikarenakan aturan pemerintah yang terbaru, beasiswa PPA dan BBM langsung dikirim melalui rekening penerima beasiswa, sebelum itu dana disalurkan melalui Universitas.

Dihapusnya beasiswa reward bagi ketua lembaga menimbulkan banyak komentar dari ketua lembaga kemahasiswaan, mulai dari Presma hingga ketua HMP, komentar mereka beragam, ada yang menerima kebijakan rektor dan adapula yang mengaku kecewa. yang kecewa mengaku bahwa motivasi mereka untuk ikut organisasi adalah karena adanya reward. Sangat disayangkan ada ketua lembaga yang motivasinya untuk mengabdi karena uang, amat salah mahasiswa yang memilihnya sebagai pimpinan organisasi. orientasinya bukan lagi untuk berjuang tapi untuk mendapatkan jatah uang. bagaimana jadinya generasi bangsa ini kalau mahasiswa seprti itu. dibalik ketidak sepakatan beberapa ketua lembaga kemahasiswaan ada juga yang berharap sapaya reward tersebut dialihkan ke dana organisasi dengan menaikkan plafon tiap-tiap organisasi, semoga usaha kalian berjalan lancar.

Melalui tulisan ini saya hanya ingin berpesan kepada diri saya khususnya dan rekan-rekan saya di Lembaga Kemahasiswaan, "Jangan tanyakan apa yang bisa diberikan oleh organisasi, tapi tanyakanlah pada dirimu sendiri, apa yang bisa saya berikan untuk organisasi". Organisasi kemahasiswaan merupakan sebuah wadah, bukan hanya sebagai wadah latihan, namun juga sebagai wadah untuk berjuang pada negeri tercinta ini. semoga apa yang kita perbuat selama ini dicatat sebagai amal ibadah.

0 comments:

Terima kasih atas komentar anda