Mahasiswa Anti Golput

Mahasiswa Golput ..??? emang ada ? tanya seorang pedagang kios di depan kampus. dengan raut muka penuh dengan tanda tanya, kemudian dia melanjutkan pembicaraannya, "kalau Mahasiswa saja golput bagaimana dengan masyarakat yang berpendidikan rendah ? lalu apa bedanya mas masyarakat kalangan "rendahan" dengan mahasiswa yang aku dengar sangat idealis itu ?", lalu aku coba menjelaskan ke ibu yang sudah puluhan tahun berjualan di depan kampus itu, "itu hanya sebagian mahasiswa yang berasal dari luar daerah bu", jawabku. Ibu tadi kembali bertanya ; "mas aku baca di koran (maklum kios ibu rajin langganan jawa pos) katanya bagi mahasiswa atau orang yang sedang bekerja di luar daerah boleh tu milih di tempat domisilinya, bagaimana itu mas ? padahal KPU kan udah memberikan kemudahan lho...!!".

Waduuhhhh.... (sambil menggerutu dalam hati, ibu tua ini kok tau aja ya), ya aku coba menjawab pertanyaan ibu itu lagi, "Owh iya Bu, itu benar dan alhamdulillah saya sendiri sudah mengurus pindah pilih 1 bulan yang lalu". dengan raut muka yang lega ibu itu menyudahi pertanyaannya, ya mungkin saja ibu itu sudah cukup lega dengan pertanyaannya.

Kemudian aku mohon diri untuk pergi dari kios si ibu itu setelah makan beberapa potong gorengan dan krupuk. sambil berjalan menuju kost, pertanyaan ibu tadi menjadi pertanyaan lagi untuk diriku sendiri. Kalau di pikir-pikir memang betul kata ibu tadi, bahwa ada juga mahasiswa yang tidak memiliki pilihan alias golput, berdasarkan dari pengamatan saya selama ini, mahasiswa yang golput itu memiliki latar belakang yang berbeda-beda, diantaranya adalah : Mahasiswa golput karena apatis alias tidak mau tahu. Mahasiswa yang kedua adalah karena pengaruh ideologi yang ia bawa, mahasiswa ini biasanya memiliki doktrin bahwa demokrasi itu adalah produk thogut (ajarannya cukup ekstrim sih).

Mahasiswa apatis tadi mungkin pada awalnya adalah mahasiswa yang aktif, bukan hanya memikirkan akademiknya tapi juga memikirkan negara dan bangsanya, tapi lagi-lagi (mungkin) akibat ulah oknum politisi yang berprilaku korup dan tidak amanah, menjadikan mahasiswa tersebut alergi untuk memlih wakil rakyat dan akhirnya memilih jalan "masa bodoh". namun ada juga mahasiswa yang memang benar-benar apatis yang penting "pokok`e seneng". Lalu mahasiswa golongan kedua adalah kelompok Golput karena ideologi, kelompok ini paling sulit didekati daripada kelompok apatis. kelompok ini sedikit membingungkan, satu sisi mereka menghalalkan demokrasi satu sisi lagi mengharamkan, contohnya saja ketika pemira (pemilihan raya) presiden mahasiswa, mereka turut ikut andil menyemarakkan pemira, padahal pemira sendiri adalah salah satu bagian dari proses demokrasi.

Ya, itulah sisi lain dari Mahasiswa....
bagaimanapun kita sebagai Mahasiswa rasanya sangat malu kalau tidak memilki pilihan alias golput, sebagai insan cendikia tentunya lebih memilih yang realistis daripada yang masih ambigu. diantara para caleg yang mencalonkan diri itu pasti ada diantara mereka yang lebih baik dengan melihat track record mereka selama ini.

Bagi pemeluk agama islam tentunya harus patuh pada fatwa ulama`, dalam fatwanya MUI mengharamkan untuk golput atau tidak mencontreng pada hari pemilihan,dikatakan dalam fatwa tersebut bahwa Bagi yang tidak menggunakan hak pilihnya, maka ia telah berbuat dosa, sebelum merumuskan Fatwa, MUI sudah mengkaji secara mendalam dampak positif dan negatif dari prilaku golput. hingga akhirnya memilih dan menentukan yang dampak postifnya banyak dan dampak mudharatnya lebih sedikit.

Jangan Golput demi PERUBAHAN....!!!!!
Alloh tidak akan merubah kedaan suatu kaum sebelum mereka merubah dirinya sendiri, salah satu cara untuk ikut andil dalam perubahan tersebut adalah dengan tidak golput..!!!
Keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan suara rakyat harus dihargai merupakan celah untuk melakukan perubahan itu. Hal itu juga menuntut masyarakat lebih jeli dalam memilih kualitas wakilnya.

Ayo, jangan GOLPUT. Mengapa? Karena dengan demikian kita bertanggungjawab dan juga sangat berhak mengontrol jalannya pemerintahan. Orang yang tidak menggunakan hak pilih pada pemilu, rasanya kurang pantas jika kelak mengkritik pemerintahan, atau menuntut sesuatu dari pemerintah, karena mereka tidak punya andil dalam proses pembentukan kebijakan melalui pemilihan umum.

Menggunakan hak suara berarti turut mengambil bagian menentukan nasib bangsa. Suara kita menentukan arah bangsa ini ke depan. Melepaskan suara kita, berarti membiarkan bangsa kita terombang-ambing tanpa arah. (Marisa Agustina)

Demokrasi hanyalah alat untuk menghantarkan kita menuju kehidupan yang lebih baik dunia dan akhirat. mari menjadi PENUNGGANG DEMOKRASI...!!!! .
#MahasiswaAntiGolput
Oleh : @JALAL

0 comments:

Terima kasih atas komentar anda