Pemain VS Penonton
Aksi Protes Masyarakat di kantor Bupati lotim (Sumber.Suara NTB) |
Dikeheningan
malam, disaat-saatnya produktif untuk menghadapkan diri pada sang Ilahi, dari
dalam kamar yang ukurannya hanya 3x4 m saya mendengar teriakan sorak sorai di kamar
kost sebelah, awalnya saya tidak tahu entah apa yang membuat mereka kegirangan,
terkadang mereka menghasut, terkadang juga mereka teriak-teriak gembira. Eehhh...
saya baru nyadar setelah salah satu diantara mereka teriak-teriak menyebut nama
sebuah club sepak bola inggris terkenal, tapi saya kurang tahu club apa yang
bermain pada malam itu, karena memang selain saya kurang suka Bola, waktu itu juga
ada tugas yang harus saya selesaikan. Kesokan harinya mereka saling tukar
pendapat kenapa club pavoritnya bisa kalah, diantara mereka ada yang mengatakan
pelatihnya kurang bisa mengatur strategi dilapangan, yang lainnya lagi
mengatakan ada salah satu pemain terbaiknya dijual ke club lain sehingga tidak
ada yang menjadi penyerang handal, dan banyak lagi pendapat-pendapat yang
kebanyakan menyalahi pelatih dan pemain.
Menjadi
penonton memang terasa lebih mudah untuk melakukan, atau memecahkan masalah
apalagi untuk memasukkan bola ke gawang ketika ada peluang, akan tetapi
penonton tidak memikirkan betapa sulitnya para pemain saat berada di lapangan
hijau, para pemain juga tentunya ingin selalu menang dan bermain cantik, tapi
tidaklah semudah yang penonton pikirkan.
Penonton
Bola tidak jauh beda dengan penonton yang menonton pemerintah yang sedang
bekerja, apalagi yang namanya partai oposisi akan serta merta menyalahkan
pemerintah apabila ada insiden-insiden, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi
di daerah, mengkritik itu baik tapi harus dengan etika dan norma-norma yang
telah kita yakini dan tentunya harus konstruktif, supaya tidak menimbulkan
perpecahan, saling benci terhadap sesama, dan saling jatuh menjatuhkan. Pengontrol
pemerintah yang baik adalah yang ikut serta dalam mensejahterakan rakyat, dan
memberikan masukan kepada pemerintah apabila terjadi kesalahan dalam memutuskan
suatu kebijakan, kalaulah misalkan kebijakan tersebut tidak di gubris dan akan mengakibatkan
kesengsaraan pada rakyat, maka harus mencari jalan lain yang lebih produktif
dan solutif atau bahkan sampai turun ke jalan atau yang lebih extreme lagi.
Begitupula
kalau kita mengikuti forum-forum diskusi Online di Facebook taruhlah disini FORUM DIALOG PEDULI LOMBOK TIMUR dan FORUM DISKUSI MEMBANGUN NTB, yang sebagian besar isi dari
diskusinya adalah kegalauan teerhadap pemerintah, menyalahkan pemerintah
(padahal mereka sendiri yang milih) apalagi makin dekatnya pesta demokrasi
PILKADA NTB ( Pemilihan Cagub/Wagub NTB, Cabub/Wabub Lotim, Cawali/Wawali Kota
Bima) yang terjadi hanyalah saling menjatuhkan antar calon kandidat dan
menganggap hanya pilihannyalah yang paling benar. Calon Incunbent selalu
menjadi topik besar pada Forum Dialog ini yaitu dengan mengeksplorkan
kegagalan-kegalan pemerintahannya, mulai dari Pelabuhan Labuhan Haji Lotim yang
dianggap disia siakan oleh pemkab, masuknya alfamart (dan sejenisnya) ke Lotim,
adanya kekuasaan dinasti, pembangunan Islamic center di Mataram yang mengakibatkan kecemburuan sosial
dikalangan masyarakat pulau Sumbawa, ada juga yang mengatakan kecamatannya itu “SYIAH”
karena oleh pihak pemkab dilihat sebelah mata dan hanya mementingkan kelompok
tertentu, dan masih banyak topik-topik yang dijadikan bahan diskusi di Forum
ini. Yang dilakukan masyarakat ini tidak ada salahnya untuk Sharing lewat media
jejaring sosial, seandainya Gubernur, Bupati dan instansi pemerintahan lainnya
ikut nimbrung dengan masyarakatnya
pada Forum ini, maka pemerintah akan mudah untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, sehingga
tidak ada spekulasi masyarakat yang “tidak-tidak” terhadap pemerintah.
KEMBALI KE PEMAIN VS PENONTON
Monitoring
kinerja pemerintah merupakan sebuah kewajiban bagi semua elemen masyarakat terutama
Mahasiswa, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga-lembaga independen
non pemerintah. Hendaknya didalam menyampaiakan suara rakyat untuk lebih
menekankan sikap kedewasaan, mengutamakan intelektualitas, mengedepankan komunikasi
dan meninggalkan anarkis.
Begitupula
dengan pemerintah harus lebih memprioritaskan kepentingan rakyat daripada
kepentingan pribadi dan berazam pada dirinya “bahwa kepentingan rakyat diatas
segala-galanya”, memperjuangkan kesejahteraan rakyat, memberikan keadilan dan memberikan rasa aman pada rakyat. Untuk
membangun hubungan yang harmonis antara pemerintah dan rakyat maka pemerintah
harus membuka diri dan tidak terlihat ekslusif, membaur bersama rakyat, membuka
mata dan telinga terhadap aspirasi dan kondisi rakyat.
Kalaulah
kesemuanya itu terlaksana maka akan terjamin hubungan yang harmonis antara pemerintah
dan rakyat. Tidak ada lagi demonstrasi anarkis, menginjak-injak pemerintah, bertindak
semaunya pada rakyat dan lain sebagainya. Sebagaimana yang terjadi dahulu pada
masa pemerintahan khalifah-khalifah islam seperti Kholifah Arrosyidun,Umar bin
Abdul Aziz,Thariq Bin ziyad, Alfatih dan banyak raja-raja lain bisa dijadikan
panutan didalam pemerintahan, yang pada masa Islam memerintah kemakmuran,
keadilan, keamanan dan kesejahteraan semuanya terjamin. Sehingga rakyat dan
pemerintah akan sama-sama merasakan kepuasaan.
Semoga
Indonesia menjadi Negara yang berdaulat adil dan makmur sebagaimana yang
tercantum dalam UUD `45
#SuaraHatiMahasiswaPalingDalam
Indonesia terancam Kehilangan Jatah Liga Champions Asia!
ReplyDelete>>> http://blog.el-davinci.com/2012/10/indonesia-terancam-kehilangan-jatah.html