Rohis bisa dijadikan mitra strategis untuk melawan terorisme bukan Malah dijadikan Polemik


Setiap tahun, opini publik selalu diramaikan pemberitaan oleh media-media masa elektronik maupun cetak mengenai terorisme. Meski dana milyaran rupiah digelontorkan pemerintah untuk menanggulangi aksi-aksi teroris, namun tetap saja generasi baru teroris muncul. Hal itu menunjukkan ada pendekatan yang tidak tepat dalam upaya pemberantasan terorisme maupun pencegahan dini munculnya generasi baru teroris.

Alih-alih terjadi sinergi antara institusi pemerintah dengan organisasi kemasyarakat dan kepemudaan, yang muncul malah polemik yang didasarkan pada riset yang serampangan. Celakanya, beberapa media tertentu malah menelan mentah Informasi yang meresahkan tersebut.

Sebuah media swasta nasional (Metro TV) belum lama ini menayangkan hasil penelitian seorang pengamat terorisme yang menyulut kontroversi publik. Disebutkan bahwa pola rekruitmen generasi baru teroris dilakukan melalui Masjid-masjid Sekolah dan Kampus memanfaatkan organisasi ekstrakulikuler Rohis (Kerohanian Islam).

Aksi Demonstrasi Damai 2000 an Siswa Rohis Sekolah Di Bundaran HI


Sebuah tudingan, yang bukan saja gegabah namun memantik protes dan polemik berkepanjangan di masyarakat. Kini masyarakat bukan hanya dihantui oleh aksi teror, namun juga stigma salah kaprah yang dilontarkan pengamat ataupun media. Bagaimana mungkin, organisasi yang memiliki peran besar dalam menyelamatkan pemuda agar memiliki pribadi yang berkarakter dan berakhlaq mulia, justru dinyatakan sebagai tempat pembentukan teroris.

Pemerintah seharusnya melakukan sinergi atau merangkul organisasi semacam Rohis ataupun ekstrakurikuler lainnya untuk sama-sama mencegah munculnya benih-benih terorisme dikalangan remaja dan pemuda. Pendekatan dan dialog antar sesama remaja dan pemuda akan lebih mengena ketimbang memaksakan doktrin-doktrin oleh pihak luar.




0 comments:

Terima kasih atas komentar anda