Pembaharu Islam : Jamaluddin Al-Afghani Simbol Perlawanan Imperialisme Barat (2)
Awalnya,
Jamaluddin Al-Afghani menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan
perhatiannya pada bidang ilmu pengetahuan dan sastra Arab.
Rumahnya dijadikan tempat pertemuan murid-murid dan para pengikutnya. Di sinilah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Salah seorang murid Al-Afghani adalah Muhammad Abduh.
Ia kembali ke lapangan politik pada 1876 ketika melihat adanya campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir. Kondisi tersebut mendorong Al-Afghani untuk terjun ke dalam kegiatan politik di Mesir. Ia bergabung dengan perkumpulan yang terdiri atas orang-orang politik di Mesir.
Lalu pada tahun 1879, Al-Afghani membentuk partai politik dengan nama Hizb Al-Watani (Partai Kebangsaan). Dengan partai ini ia berusaha menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang Mesir. Partai yang ia dirikan ini bertujuan untuk memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memasukkan unsur-unsur Mesir ke dalam posisi-posisi militer.
Kegiatan yang dilakkukan Al-Afghani selama berada di Mesir memberi pengaruh yang besar bagi umat Islam di sana. Ia yang membangkitkan gerakan berpikir di Mesir sehingga negara itu dapat mencapai kemajuan dan menjadi negara modern. Akan tetapi, karena keterlibatannya dalam bidang politik itu, pada tahun 1882 ia diusir dari Mesir oleh penguasa saat itu. Dia kemudian pergi ke Paris.
Pada tahun 1883, ketika berada di Paris, Al-Afghani mendirikan suatu perkumpulan yang diberi nama Al-'Urwah Al-Wusqa (Ikatan yang Kuat), yang anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain. Tujuan didirikannya perkumpulan tersebut antara lain memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan.
Jurnal perlawanan
Sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide dan kegiatannya, Al-Afghani bersama Muhammad Abduh menerbitkan jurnal berkala, yang juga bernama Al-'Urwah Al-Wusqa. Publikasi ini bukan saja menggoncang dunia Islam, tapi juga menimbulkan kegelisahan dunia Barat. Majalah ini hanya berumur delapan bulan karena Barat melarang peredarannya di negeri-negeri Islam.
Rumahnya dijadikan tempat pertemuan murid-murid dan para pengikutnya. Di sinilah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Salah seorang murid Al-Afghani adalah Muhammad Abduh.
Ia kembali ke lapangan politik pada 1876 ketika melihat adanya campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir. Kondisi tersebut mendorong Al-Afghani untuk terjun ke dalam kegiatan politik di Mesir. Ia bergabung dengan perkumpulan yang terdiri atas orang-orang politik di Mesir.
Lalu pada tahun 1879, Al-Afghani membentuk partai politik dengan nama Hizb Al-Watani (Partai Kebangsaan). Dengan partai ini ia berusaha menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang Mesir. Partai yang ia dirikan ini bertujuan untuk memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memasukkan unsur-unsur Mesir ke dalam posisi-posisi militer.
Kegiatan yang dilakkukan Al-Afghani selama berada di Mesir memberi pengaruh yang besar bagi umat Islam di sana. Ia yang membangkitkan gerakan berpikir di Mesir sehingga negara itu dapat mencapai kemajuan dan menjadi negara modern. Akan tetapi, karena keterlibatannya dalam bidang politik itu, pada tahun 1882 ia diusir dari Mesir oleh penguasa saat itu. Dia kemudian pergi ke Paris.
Pada tahun 1883, ketika berada di Paris, Al-Afghani mendirikan suatu perkumpulan yang diberi nama Al-'Urwah Al-Wusqa (Ikatan yang Kuat), yang anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain. Tujuan didirikannya perkumpulan tersebut antara lain memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan.
Jurnal perlawanan
Sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide dan kegiatannya, Al-Afghani bersama Muhammad Abduh menerbitkan jurnal berkala, yang juga bernama Al-'Urwah Al-Wusqa. Publikasi ini bukan saja menggoncang dunia Islam, tapi juga menimbulkan kegelisahan dunia Barat. Majalah ini hanya berumur delapan bulan karena Barat melarang peredarannya di negeri-negeri Islam.
Majalah ini dinilai dapat
menimbulkan semangat dan persatuan orang-orang Islam. Di mana-mana, terutama untuk
pasaran dunia Timur, majalah ini dibinasakan penguasa Inggris. Di Mesir dan
India, majalah ini dilarang untuk diedarkan. Akan tetapi, majalah ini terus
saja beredar meski secara ilegal.
0 comments:
Terima kasih atas komentar anda