SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2015

2:47 PM 0 Comments

google

Tak bosan-bosannya kita selalu mengucapkan selamat untuk hari-hari yang dinilai bersejarah, mengucapkan selamat HARDIKNAS juga sebenarnya mengucapkan hari lahir kepada bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantoro (terlepas dari berbagai polemik tentangnya). kita sebagai masyarakat Indonesia berharap besar kepada menteri pendidikan saat ini Anies Baswedan untuk membenahi pendidikan di tanah air.

masalah UN adalah masalah yang selalu berulang setiap tahunnya, kasus pembocoran soal UN sepertinya belum bisa dihindarkan di tanah air ini, untungnya tidak separah di India yang melakukan contek massal sampai-sampai memanjat tembok sekolah untuk mmeberikan jawaban kepada siswa (sungguh memalukan). gebrakan pak menteri patut diacungi jempol karena nilai UN bukanlah persyaratan lagi untuk kelulusan siswa.lulus atau tidaknya seorang peserta didik, akan dinilai oleh sekolahnya. Jika sekolah menyatakan lulus, maka peserta didik tersebut akan mendapatkan sertifikat dari negara. Namun, jika seorang peserta didik dirasa kurang dalam pencapaiannya, maka bukan sekolahnya yang diulang, namun pendidikannya, kira-kira demikianlah yang diungkapkan pak menteri.

Kalau kita sedikit mengaca ke sistem pendidikan Gontor (alhamdulillah sempat juga menuntut ilmu di Pondok ala gontor), ujian akhir atau yang biasa disebut ujian Niha`i, dilaksanakan kurang lebih selama 1 bulan Full, yang diujikan semua mata pelajaran dari kelas 1 sampai kelas 6 (kelas 1-3 kalau di SMA) meliputi materi umum dan agama, semua jawaban tidak ada pilihan ganda, semuanya berupa isian dan full arabic English kecuali pelajaran Umum. mencontek di Pondok adalah sebuah tindakan HARAM, dan yang ketahuan mencontek atau menoleh sedikit saja langsung dikeluakan dari arena Ujian, betapa sulitnya ujian di pondok ala Gontor, tapi itulah yang menelurkan generasi-generasi bangsa yang berkualitas, sebut saja Prof.KH. Dien Syamsudin (PP Muhammadiyah), KH. Hasyim Muzadi (Mantan PB NU ), Dr. Hidayat Nurwahid (mantan Ketua MPR) dll, semuanya adalah hasil dari didikan Gontor.

Kembali ke HARDIKNAS, peringatan yang dilaksanakan setiap tahunnya diharapkan bukan hanya sebagai seremonial belaka, habis apel panas-panasan lalu tidak menghasilkan apa-apa hanyalah menghabiskan waktu. belajar mengajar juga harus diimbangi dengan kualitas infrastruktur baik dari segi fisik sekolah, laboratorium ataupun akses ke sekolah. beberapa media massa banyak menampilkan gambaran anak-anak sekolah yang melewati jalanan yang cukup jauh, belum lagi yang melewati seutas tali sebagai pengganti jembatan yang runtuh, belum lagi siswa siswi yang melewati sungai untuk menuntut ilmu, sungguh membuat miris, sekaligus bangga melihat semangat mereka untuk menuntut ilmu.

Di tingkat perguruan tinggi juga seperti itu,[maaf, tidak menjelek-jelekkan mahasiswa Indo di luar negeri] entah sampai kapan pemerintah akan mengirimkan mahasiswanya ke luar negeri, apa alasannya? tidakkah ilmu itu sama saja di Indonesia dengan di luar negeri ? apa iya hukum Newton, Hukum Ohm, rumus-rumus matematis berbeda di Indonesia dengan luar negeri? lalu apa alasan pemerintah ? coba saja kalkulasikan budget setiap mahasiswa ke luar negeri dikalikan dengan total seluruh mahasiswa di luar negeri, akan mencapai triliunan rupiah. lalu apa motivasinya ? supaya pintar berbahasa iggris  ? saya rasa kalau memang itu alasannya, di Indonesia juga kita bisa menerapkannya, atau apakah Laboratorium kampus-kampus di Indonesia kurang memadai ? lalu kenapa kita tidak tingkatkan saja kualitas laboratorium? bagaimana kalau budget pengiriman mahasiswa ke luar negeri dialihkan ke infrastruktur kampus ??? karena saya rasa sudah banyak orang-orang indonesia jebolan luar negeri yang hanya tinggal mengamalkan ilmunya buat kita semua. Mahasiswa yang melakukan penelitian di Luar negeri tentunya akan menambah khasanah keilmuan disana dan juga akan menambah pendapatan negara yag dituju , padahal di Indonesia kita bisa melakukan penelitian yang sama, asalkan fasilitas infrastrukturnya lengkap. saya masih percaya kualitas dosen-dosen di Indonesia masih bisa bersaing dengan desen-dosen yang ada di luar negeri. untuk saat ini kita tidak bisa menyalahkan pemuda/i Indonesia untuk memilih belajar ke luar negeri karena memang fasilitas di dalam negeri belum maksimal, kita tunggu action dari pemerintah.

Demikian juga dengan penelitian, kita masih kalah dengan India (yang notabene mereka lebih banyak memiliki masalah kompleks) , pemerintah India menggelontorkan anggaran besar untuk penelitian sehingga negara itu menduduki peringkat ke-8 dunia dalam hal penelitian, saat ini peneliti Indonesia terkesan diabaikan, maka tidak heran apabila banyak peneliti Indonesia lebih memilih untuk bekerja/meneliti di luar negeri.

Anak-anak Indonesia tidak kalah dengan anak-anak di negara maju, berapa banyak anak-anak Indonesia yang berprestasi di kancah dunia dalam segala bidang, berapa banyak yang berprestasi di luar negeri gara-gara pemerintah tidak menyediakan kepada mereka ruang untuk berkarya.

berangkat dari berbagai problematika diatas ,mari, melalui momen repleksi HARDIKNAS kita sama-sama membangun negeri ini sesuai dengan profesi dan kemampuan kita masing-masing.
Salam Indonesia Raya .

0 comments:

Terima kasih atas komentar anda